Rabu, 22 Agustus 2012

Kisah Putra Raja dan Cincin Permata


Mengabarkan kepadaku Muhammad bin Al Husain aku mendengar Abu Bakar bin Abi Thayyib berkata, telah sampai kepadaku dari Abdullah bin Faraj (beliau seorang ahli ibadah) yang berkata: Aku membutuhkan seorang kuli yang akan bekerja untukku, maka aku pergi ke pasar melihat-lihat kuli.

Tiba-tiba di bagian akhir aku melihat seorang remaja berkulit kuning langsat tangannya membawa bungkusan besar. Dia lewat dengan mengenakan jubah serta kain dari bulu domba kasar.

Aku berkata padanya, “Kamu mau kerja juga?”

Dia menjawab, “Iya.”

Aku katakan, “Berapa upah yang kamu minta?”

Dia menjawab, “Satu dirham dan satu daniq (total tujuh daniq).”

Aku katakan, “Berdirilah, dan bekerja padaku.”

Dia berkata, “Dengan satu syarat.”

Aku katakan, “Apa itu?”

Dia menjawab, “Jika telah datang waktu dzuhur aku akan keluar wudhu shalat kemudian kembali bekerja, dan jika datang waktu asar demikian pula.”

Aku katakan, “Ya.”

Kemudian ia mengikuti aku sampai rumah dan aku perintahkan untuk mengangkut barang dari satu tempat ke tempat lain. Ia pun mengencangkan tali pinggang dan bekerja serta tidak berbicara sepatah kata pun sampai tiba waktu dzuhur dan berkata kepadaku, “Wahai Abdullah, muadzin telah mengumandangkan adzan dzuhur.”

Aku menjawab, “Terserah engkau saja.”

Kemudian dia keluar shalat dan kembali bekerja dengan giat sampai ketika telah tiba waktu asar, ia berkata lagi kepadaku, “Wahai Abdullah, muadzin telah mengumandangkan adzan asar.”

Aku menjawab, “Terserah engkau saja.”

Kemudian ia keluar shalat asar dan kembali bekerja sampai senja hari. Aku pun memberikan upahnya dan ia bergegas pulang.

Sampai setelah beberapa hari setelahnya aku membutuhkan kuli kembali, maka istriku berkata kepadaku, “Suruh saja kuli muda yang kemarin itu, karena ia bekerja dengan sangat bagus!”

Aku pun mendatangi pasar akan tetapi aku tidak melihat remaja itu. Lantas aku bertanya pada orang-orang dan mereka menjawab, “Kamu bertanya tentang remaja kuning langsat yang tidak muncul kecuali pada hari sabtu saja dan ia senantiasa duduk sendirian di bagian belakang.”

Aku pun pulang dan kembali ke pasar pada hari sabtu, aku mendapatinya dan bertanya kepadanya, “Kamu mau bekerja lagi?”

Dia menjawab, “Kamu telah mengetahui upah serta syarat yang aku ajukan.”

Aku berkata, “Aku memohon petunjuk Allah.”

Ia pun bangkit dan bekerja dengan baik sebagaimana waktu yang lalu. Ketika ia telah selesai dari pekerjaannya, aku memberikan upah dan menambahinya, akan tetapi ia tidak mau menerima tambahan upah tersebut. Aku pun membujuknya agar mau menerimanya. Akan tetapi ia justru marah dan meninggalkanku sendirian.

Aku merasa sedih karenanya dan berusaha menyusulnya. Aku berhasil menyusulnya dan membujuknya, akhirnya ia mau mengambil upahnya saja dengan tanpa tambahan.

Setelah berlalu beberapa waktu lamanya, aku membutuhkan kuli lagi, maka aku menunggu sampai tiba hari sabtu, akan tetapi aku tidak mendapati remaja tadi di pasar. Aku lantas bertanya pada orang-orang tentang keadaannya. Dikatakan kepadaku bahwa remaja itu sakit.

Ada seseorang yang memberikan kabar mengenai keadaan remaja tadi bahwa ia bekerja dari hari sabtu ke hari sabtu yang lain, dan ia makan setiap harinya dengan satu daniq dan ia sekarang sakit (maknanya ia hanya bekerja satu hari saja dan mendapatkan tujuh daniq, setiap harinya ia gunakan satu daniq untuk makan, sisa hari yang lain yakni 6 hari ia gunakan untuk belajar agama).

Aku pun bertanya tentang lokasi rumahnya dan mendatanginya, rupanya ia tinggal di rumah seorang nenek tua. Aku bertanya pada nenek tadi, “Apakah di sini tinggal seorang remaja yang bekerja sebagai kuli?”

Nenek tua tadi menjawab, “Ia sakit sejak beberapa hari yang lalu.”

Aku kemudian masuk menemuinya, ia benar-benar sakit dan di bawah kepalanya terdapat batu bata sebagai bantal. Aku mengucapkan salam padanya dan berkata, “Apakah engkau membutuhkan bantuan?”

Ia menjawab, “Iya, jika tidak merepotkanmu.”

Aku berkata, “Tidak merepotkan insya Allah.”

Ia berkata, “Apabila aku mati nanti maka juallah ini, dan cucilah jubahku serta kain bulu kambing ini kemudian kafanilah aku dengannya! Bukalah saku jubahku karena di dalamnya ada sebuah cincin, ambillah cincin itu kemudian perhatikanlah kapan Harun Ar Rasyid lewat di suatu jalan, dan berdirilah di lokasi yang memungkinkan bagi dia untuk melihatmu. Panggilah ia dan perlihatkan cincin itu maka ia akan memanggilmu. Setelah itu serahkanlah cincin itu kepadanya! Dan jangan kamu melakukan semua ini kecuali setelah aku mati.”

Aku menjawab, “Ya.”

Setelah ia meninggal dunia aku melaksanakan apa yang ia perintahkan, dan aku memperhatikan hari di mana Harun Ar Rasyid lewat di suatu jalan. Aku pun duduk di pinggir jalan, ketika ia lewat aku memanggilnya, “Wahai amirul mukminin aku memiliki titipan untuk engkau”, sambil aku memperlihatkan cincin permata.

Ia pun memerintahkan untuk membawaku bersamanya, ketika ia memasuki rumahnya ia menyuruh orang yang bersamanya agar keluar lantas bertanya kepadaku, “Siapa engkau ini?”

Aku menjawab, “Abdullah bin Al Faraj.”

Ia bertanya lagi, “Cincin ini dari mana engkau mendapatkannya?”

Kemudian aku menceritakan kisah remaja yang aku temui. Tiba-tiba ia berlinangan air mata dan menangis terisak-isak sampai aku merasa iba kepadanya.

Setelah ia agak tenang aku bertanya kepadanya, “Wahai amirul mukminin, siapakah remaja itu sebenarnya?”

Ia menjawab, “Ia adalah anakku.”

Aku bertanya kembali, “Bagaimana hal ini bisa terjadi?”

Ia menjawab, “Ia dilahirkan sebelum aku menjabat sebagai khalifah, dan ia tumbuh menjadi anak yang shalih, ia menghafal al Qur’an dan mempelajari ilmu syar’i. Ketika aku diangkat menjadi khalifah ia meninggalkan aku dan tidak mau menikmati harta dunia yang aku miliki sedikit pun juga. Maka aku menyerahkan cincin ini kepada ibunya, ia adalah permata yang sangat mahal harganya. Aku berkata kepada ibunya, serahkan cincin ini kepada anak kita dan mintalah agar ia membawanya agar ia bisa memanfaatkannya suatu hari kelak. Ia adalah seorang anak yang sangat berbakti kepada ibunya. Semenjak ibunya meninggal aku tidak pernah lagi mendengar kabarnya kecuali kabar yang telah engkau sampaikan kepadaku.”

Kemudian Harun Ar Rasyid berkata lagi kepadaku, “Malam ini keluarlah bersamaku menuju kuburan anakku.”

Ketika malam telah tiba ia keluar bersamaku menuju kuburan anaknya, manakala kami sampai di kuburan anaknya ia duduk di samping kuburan dan menangis terisak-isak, sampai ketika fajar telah terbit kami bangun dan kembali lagi.

Harun Ar Rasyid berkata kembali, “Berjanjilah kepadaku untuk senantiasa menemaniku setiap malam untuk berziarah ke kuburan anakku!”

Aku pun berjanji untuk senantiasa menemaninya berziarah setiap malam.

Berkata Abdullah bin Al Faraj, “Aku sungguh tidak mengetahui bahwa remaja itu anak khalifah sampai Harun Ar Rasyid memberitahuku.”

Berkata Abu Bakar Muhammad bin Al Husain, “Dan sungguh telah mengabarkan kepadaku Abu Abdillah bin Mikhlad Al Athar tentang berita Abdullah bin Al Faraj di dalamnya disebutkan riwayat ini dan disebutkan pula bahwa Harun Ar Rasyid kemudian menawarkan harta yang sangat banyak kepadanya akan tetapi ia menolaknya.

Abu Bakar juga mengatakan bahwa ketika Abdullah bin Al Faraj meninggal dunia istrinya tidak memberitahukan kematiannya kepada saudara-saudaranya Abdullah yang duduk-duduk di depan pintu menunggu untuk diijinkan masuk rumah. Kemudian ia memandikannya dan mengkafaninya dengan kain kisa’ miliknya lalu menuju pintu dan menutup dirinya lalu mengatakan kepada saudara-saudara Abdullah, “Abdullah telah mati dan aku telah selesai dari menyipkan jenazahnya.”

Saudara-saudaranya lantas masuk dan membawa jenazahnya menuju kuburan dan istrinya menutup pintu dari belakang mereka. (Saudara-saudara Abdullah tidak bisa melihat istri Abdullah).

[Dialihbahasakan secara bebas oleh Abul Aswad Al-Bayaty dari Ghuroba’ minal Mukminin: 41 karya Al Imam Al Aajurry rahimahullahu ta’ala, Maktabah Syamilah]



Beasiswa DataPrint

Assalamu`alaikum... How are you, Brother and Sister?
Ada info menarik niyh...
Tahun ini, DataPrint kembali membuka program beasiswa bagi 700 orang pelajar dan mahasiswa. Program beasiswa dibagi dalam dua periode. Tidak ada sistem kuota berdasarkan daerah dan atau sekolah/perguruan tinggi. Hal ini bertujuan agar beasiswa dapat diterima secara merata bagi seluruh pengguna DataPrint.  Beasiswa terbagi dalam tiga nominal yaitu Rp 250 ribu, Rp 500 ribu dan Rp 1 juta. Dana beasiswa akan diberikan satu kali bagi peserta yang lolos penilaian. Aspek penilaian berdasarkan dari essay, prestasi dan keaktifan peserta.
Beasiswa yang dibagikan diharapkan dapat meringankan biaya pendidikan sekaligus mendorong penerima beasiswa untuk lebih berprestasi. Jadi, segera daftarkan diri kamu di sini!
PERIODE
JUMLAH PENERIMA BEASISWA
@ Rp 1.000.000
@ Rp 500.000
@ Rp 250.000
Periode 1
50 orang
50 orang
250 orang
Periode 2
50 orang
50 orang
250 orang

Persyaratan Umum:
1.  Pelajar/mahasiswa aktif dari tingkat SMP hingga perguruan tinggi untuk jenjang D3/S1
2.  Terlibat aktif di kegiatan atau organisasi sekolah/perguruan tinggi
3.  Tidak terlibat narkoba atau pernah melakukan tindak kriminal
4. Tidak sedang menerima beasiswa dari perusahaan lain. Jika saat ini peserta masih menerima beasiswa dari kampus, peserta berhak mengikuti pendaftaran beasiswa dari DataPrint.

Peraturan Lomba :
1.  Mengisi formulir registrasi di kolom Pendaftaran
2. Satu nomor kupon yang terdapat di dalam produk DataPrint, hanya berlaku untuk satu kali registrasi
3.  Pendaftaran tidak dipungut biaya
4.  ...............................
Untuk info selengkapnya silahkan buka peraturan beasiswa data print

Naahhh, jika anda menang maka anda akan menyediakan ini :

Syarat & ketentuan penerimaan hadiah:
- tulis nama, no telpon yang bisa dihubungi, email dan nominal hadiah
- fotokopi kartu pelajar/ kartu tanda mahasiswa
- fotokopi raport / transkrip nilai
- fotokopi sertifikat / piagam seperti yang ditulis di formulir pendaftaran
- kupon asli
- fotokopi buku rekening yang memuat nama dan no rekening (bukan fotokopi buku tabungan secara keseluruhan)
- jika menggunakan rekening orang tua, harap sertakan fotokopi akta kelahiran peserta
- jika menggunakan rekening saudara atau teman, sertakan surat kuasa bermaterai

Untuk lebih jelasnya tentang itu, silahkan buka syarat penerimaan beasiswa
Oke, Teman-teman... silahkan kunjungi juga:  website DataPrint www.dataprint.co.id , page Facebook DataPrint www.dataprint.co.id/facebook dan www.beasiswadataprint.com .

Ayo... Fastabiqul khairat, teman-teman...! J
You`re what you think. If you think that you can, you can!.

Di Sudut Bilalang, Lahir Para Generasi Qur`ani


Aku malu. Sungguh aku malu pada diriku sendiri. Apa kehebatanmu sehingga harus membuatmu berbangga diri, hah?. Seberapa pantaskah kau tuk ku banggakan?. Sungguh aku malu.
Ramadhan adalah bulan istimewa. Selalu memiliki kesan istimewa bagiku. Seperti Ramadhan-ramadhan yang telah lalu, demikian pula dengan Ramadhan tahun ini. Masjid Babul Haq, masjid kesayanganku, semakin indah. Baru saja direnovasi, sekarang sudah berlantai dua. Temboknya dicat krem, kesannya kayak di Tahfizh, salah satu pondok penghafal Al-Qur`an yang pernah ku tempati menginap. Kami (makmum yang perempuan) shalat di lantai dua. Dan ada yang lebih istimewa, imamnya itu loh. Imamnya hafizh 30 juz, masya Allah. Dia hafal Al-Qur`an saat SMA, umurnya hanya 2 tahun lebih tua dariku. Ya Allah... aku iri.. Yassir namanya. Aku pernah mendengar tentangnya. Yang ku tahu, dia orang hebat. Telah hafal Al-Qur`an setamat SMA, setelah itu dia lanjut ke Pesantren Ar-Royyah di Jawa. Di sana memantapkan bahasa Arab dan hafalan Qur`an-nya. Dia termasuk siswa jempolan di sana, menguasai qiro`ah sab`ah, dan sudah pernah naik haji atas biaya pesantren. Ramadhan kali ini, dia yang jadi imamnya di masjid kampungku. Bahagianya lagi, kakaknya menikah dengan saudariku. Jadinya hubungan kami jadi keluarga dekaaat sekali. Jadi di keluargaku yang sudah hafal Al-Quran 30 juz ada banyak: Ruqayyah, Ullah, Yassir. Nanti insya Allah menyusul Yusran, Firah, mungkin juga Kaltsum (semoga mereka diberi keteguhan hati oleh Allah). Ya Allah... aku kaaapaann??? Kapan giliranku?? Aku pun ingin, ya Rabb.. T.T 
Di Ramadhan kali ini aku banyak berdoa. Semoga Allah memudahkan diriku dalam menghafal kitab-Nya, memberiku karunia berupa hafalan Al-Qur`an 30 juz, menghiasi akhlakku dengan Al-Qur`an, dan kalau boleh, aku juga minta pada Allah semoga dia memberiku teman hidup yang cinta Al-Qur`an, hafal Al-Qur`an, dan dihiasi akhlaknya dengan Al-Qur`an. Ya Allah... aku memang tidak sempurna, aku memang punya banyak kekurangan, tapi ku tahu rahmat-Mu begitu luas.. ku mohon kabulkan doa-doaku, Ya Rabb...
Lebaran tahun ini istimewa. Setelah pernikahan Ruqayyah, jadinya kami bisa jalan-jalan ke Sinjai. Wuih... orang Gowa menikah dengan orang Sinjai, mantap euy!. Apalagi dua-duanya hafal Qur`an. Ya Allah... sungguh aku iri... aku pun ingin menjadi hafizhah, bukan sekedar gelar, tapi betul-betul menjadi seorang yang pribadinya dihiasi dengan cahaya Al-Qur`an. Ya Allah, ku mohon perteguh jiwaku dengan Al-Qur`an, kuatkan selalu kecintaanku pada Qur`an...
Oh ya, aku mau cerita niyh. Abis lebaran kemarin, kami langsung meluncur ke Sinjai. Termasuk Sang Imam, Yassir. Lho, koq dia ikut?. Ya iyalah, dia kan bagian dari keluarga kami. Kami satu mobil bareng-bareng ke Sinjai. Bapak, Mama, aku, Kaltsum, Zainab, Lathifah, Ahmad, Ruqayyah, Kak Ullah, dan Yassir. Bahagianya bisa bersama dengan mereka. Adik-adikku banyak bicara di mobil. Keberadaan mereka menjadikan suasana mobil tak pernah sepi. Ada saja celoteh mereka yang membuat suasana mobil jadi heboh. Eh, ternyata Yassir juga ikut-ikutan ketawa loh... ternyata seorang hafizh Al-Qur`an 30 juz juga bisa tertawa.. hehe.. hadouh.. mereka kan juga manusia. Iki piye toh.. tapi tetap aja mereka kalem. Para hafizh dan hafizhah itu: kak Ullah, Ruqayyah, dan Yassir. Sungguh aku iri pada mereka. Iriiii sekaaliii...!!!.
Sampai di Sinjai, kami salam-salaman, trus makan-makan, tidak lupa jalan-jalan. Saat baru tiba, ku lihat Yassir mencium tangan ibunya dengan takzim, lalu mencium kening ibunya. Suasana pertemuan seorang ibu dengan putranya yang jauh dari rantau, yang telah menghabiskan 4 tahun di pulau seberang demi menuntut ilmu Al-qur`an, putera yang telah lama dirindukan. Duhh... hatiku langsung luluh melihat situasi ini. Rasanya ingin menangis... aku kagum dengan keluarga ini. Keluarga yang telah melahirkan generasi-generasi Qur`ani. Sulit menemukan keluarga yang seperti ini. Keluarga dengan putera-puteri yang hafal A-Qur`an. Entah bagaimana Ayah dan ibu mereka mendidik anak-anaknya. Jelas peran orangtua sangat penting di sini. Buah tak jatuh jauh dari pohonnya. Pak Massiara dan isterinya betul-betul pendidik yang berhasil, masya Allah. Sangat wajar orangtua yang hebat melahirkan generasi-generasi luar biasa seperti Kak Ullah, Yassir, Kak Ana, dan saudara-saudaranya. Kerendahan hati mereka semakin membuatku kagum, membuatku merasa malu pada diriku sendiri. Kami bercerita tentang kejuaraan-kejuaraan tingkat nasional yang pernah mereka ikuti. Musabaqah di berbagai kota telah mereka taklukkan. Tak tampak sama sekali keangkuhan di wajah-wajah mereka. Yang ada hanyalah ketenangan dan ketawadhu`an (kerendahan hati). Mendengar kisah-kisah mereka membuatku merasa semakin tak ada apa-apanya. Kejuaraan MTQ yang pernah ku menangi di tingkat kabupaten, jauh tak sebanding dengan Kak Ullah bersaudara yang sudah sering menang di tingkat nasional. Tambah lagi mereka tak pernah berbangga diri. Hal ini terlihat saat kedatangan kami disambut hangat di Sinjai. Aku sangat bersyukur Ruqayyah menikah dengan Kak Ullah. Aku jadi bisa selalu dekat dengan orang-orang hebat seperti mereka, para generasi Qur`ani itu. meski kadang aku malu pada diriku sendiri, sudah cukup rasanya bagiku bisa dekat dengan mereka, belajar banyak dari kehidupan mereka. Aku akan terus belajar. Thanks, God...
***

Kemarin, ku utarakan niatku pada Ruqayyah, mama, dan bapak.
“Lulus dari Analis Poltekkes, aku mau masuk pondok Tahfidzul Qur`an.”.
Ku kira mereka akan mendukungku. Lha, ternyata ketiga-tiganya kompak tidak setuju. Kak Ullah juga, katanya khawatir nanti aku melupakan ilmu-ilmu yang telah ku pelajari di Poltekkes. Kata bapak lagi, aku tetap bisa menghafal di luar. Yaah,, kan beda. Haddouuh... aku bingung, ya Allah. Ku mohon mudahkan aku. Terangi hatiku dengan Al-Qur`an, ku mohon...




Selasa, 07 Agustus 2012