Bakteriologi

Gambar 1.1  Bakteri Coccus Gram Positif










Gambar 1.2.  Bakteri Basil Gram Negatif





Mycobacterium tuberculosa

Latar Belakang

Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat kecil yang tidak dapat dilihat dengan kasat mata dan hanya dapat diamati dengan menggunakan mikroskop. Mikroorganisme terdapat dimana-mana, interaksinya dengan sesama mikroorganisme ataupun organisme lain dapat berlangsung dengan cara yang aman dan menguntungkan maupun merugikan dalam pertumbuhannya (Pratiwi, 2008). Mikroorganisme yang menguntungkan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan kesejahteraan hidup manusia. Akan tetapi, banyak juga mikroorganisme yang tidak menguntungkan bagi manusia dengan menyebabkan terjadinya penyakit. Salah satu mikroorganisme yang dapat menyebabkan atau menginfeksi manusia adalah Mycobacterium tuberculosis.
Bakteri ini dapat mengakibatkan penyakit tuberculosis pada manusia. Tuberculosis itu sendiri merupakan salah satu penyakit yang mematikan dan berbahaya di dunia. Tuberculosis merupakan penyakit berbahaya ke-3 yang menyebabkan kematian di dunia setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernapasan, dan merupakan nomor satu dari golongan penyakit infeksi.
  Bakteri ini dapat menginfeksi sepertiga populasi dunia, setiap detik ada satu orang yang terinfeksi tuberculosis, tetapi hanya bakteri yang aktif yang menyebabkan orang menjadi sakit. Setiap tahunnya sekitar 4 juta penderita tuberkulosis paru menular di dunia, ditambah lagi penderita yang tidak menular. Hal ini menggambarkan setiap tahun di dunia akan ada sekitar 8 juta penderita tuberkulosis paru, dan ada sekitar 3 juta orang meninggal setiap tahunnya akibat penyakit ini.
 Pada umumnya kegagalan pengobatan TBC terjadi disebabkan terapi yang terputus karena pasien merasa sudah sembuh. Kendala lain yang sering timbul adalah lamanya waktu pengobatan. Obat untuk TBC harus dimakan sedikitnya enam bulan. Sementara biasanya setelah makan obat selama dua bulan, pasien malas meneruskan pengobatan karena merasa sembuh dan tidak merasakan gejala lagi. Padahal kalau pengobatan berhenti di tengah jalan, maka bukan saja penyakitnya tidak sembuh dengan tuntas, tetapi juga menyebabkan bakteri TBC menjadi kebal terhadap obat yang digunakan. Ketiadaan biaya malah membuat seseorang tidak berobat, karena tidak mengetahui program pemerintah yang menggratiskan obat TBC di seluruh Puskesmas di Indonesia. Penyakit ini sering dianggap enteng oleh penderita karena masih bisa bekerja seperti biasa, namun tanpa disadari keparahan penyakit yang semakin meningkat sebanding dengan perjalanan waktu dan menurunnya daya tahan tubuh.
Penanganan TBC masih terus menjadi tantangan besar untuk para tenaga kesehatan. Untuk memutuskan rantai penularan perlu pula mendapati perhatian lintas sektoral karena berkaitan dengan faktor sosial budaya dan tempat hunian. Namun pada dasarnya penyakit TBC bisa disembuhkan secara tuntas apabila pasien mengikuti anjuran tenaga kesehatan untuk minum obat secara teratur dan rutin sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Selain itu diperlukan juga kepedulian dan pengawasan dari tenaga kesehatan untuk mengawal perkembangan terapi pasien. Penyebab TBC memang bukan bakteri biasa, karena itu diperlukan konsistensi dan kepatuhan pasien dalam menjalani terapi untuk mencapai hasil terapi yang optimal.



Identifikasi Mycobacterium tuberculosa



A.  Pengambilan sampel Mycobacterium tuberculosis
Untuk pemeriksaan Mycobacterium tuberculosis diperlukan sampel dapat dilakukan dari specimen berupa pus atau nanah, liquor cerebrospinal spinalis, sputum, cucian lambung, urine, tinja. Akan tetapi yang paling sering dilakukan pemeriksaannya dari bahan sputum, sampel yang diperiksa harus memenuhi kritetria pengambilan sampel.
Dalam pengambilan bahan pemeriksa (sampel) dari penderita harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut;
ü  Waktu pengambilan sampel
Waktu pengambilan sampel penting, agar supaya didapatkan hasil yang benar dan menyakinkan. Waktu ini sesuai dengan kepentingan dan tujuan pemeriksaan.
ü  Jumlah atau banyaknya sampel (bahan pemeriksaa)
Jumlah bahan ini penting agar pemeriksaan berhasil tetapi juga tidak perlu banyak yang terbuang percuma.
ü  Alat-alat yang dipakai untuk pengambilan sample:
Alat-alat yang dipakai pada saat pengambilan sample dan tempat sample harus steril untuk menghindari terjadinya infeksi dan kesalahan hasil pemeriksaan.


*      Sample Sputum
Macam-macam pengambilan sputum:
1.     Sputum sesaat / spot sputum, yaitu sputum yang keluar pada saat penderita memeriksakan diri.
2.    Sputum pagi hari (Early morning sputum), yaitu sputum yang keluar pada pagi hari.
3.    Sputum tamping (Colletting sputum), yaitu sputum yang dikumpulkan selama 24 jam.
B.  Pemeriksaan Mycobacterium tuberculosis
1.     Pemeriksaan mikroskopik:
a.    Membuat sediaan langsung dari sputum
b.    Atau dari specimen lainnya dan diwarnai Ziehl-Neelsen atau Kinyoun Gabbet.
c.    Periksa dibawah mikroskop
d.    Hasil :
-       Kuman tahan asam; merah
-       Kuman lainnya; biru muda
e.    Tiap sediaan dari sputum harus diperiksa selama 15 menit (waktu ini dapat dirubah tergantung dari pengalaman pemeriksa) dan dimulai dari ujung kiri atas sampai ujung kanan bawah sediaan. Bila dalam waktu yang telah ditentukan ini tidak ditemukan kuman tahan asam, maka laporan : Kuman tahan asam negative.
f.    Untuk keseragaman dalam melaporkan hasil pemeriksaan sediaan langsung yang positif, maka dipergunakan skala “ BRONKHOSRST “ (1934) untuk menyatakan jumlah kuman yang dibuat disediaan.
Skala yang dimaksud adalah sebagai berikut :
-       40 kuman pada seluruh sediaan setelah diperiksa selama 15 menit +1 atau tidak ada kaverne.
-       Sampai 20 kuman dalam 10 lapang pandangan: +2 atau mungkin kaverne kecil atau tidak.
-       Sampai 60 kuman dalam 10 lapang pandangan: +3 atau mungkin ada kaverne dan aktif.
-       Sampai 120 kuman dalam 10 lapang pandangan: +4 atau mungkin sekali  ada kaverne besar dan aktif.
-       Lebih dari 120 kuman dalam 10 lapang pandangan: +5 atau pasti ada kaverne.
2.    Penanaman atau kultur :
Media yang digunakan yaitu:
-       Media Kudok
-       Lowenstein-Jensen (L-J)
-       media Ogawa
Specimen sebelum dilakukan kultur dilakukan homogenisasi dengan H2SO4 4%, NaOH 4% atau cara Bio Farma.
Cara Penanaman atau Kultur:
a.    Sediakan 3 tabung media Lowenstrein –Jensen_Holm yang berumur tidak lebih dari 6 minggu atau yang masih segar. Tambahkan pada tiap tabung media 0.75 ml aquadest steril sebagai air konden.
b.    Biakkan dengan ose sputum yang telah dihomogenisasi pada media (Homogenisasi dengan H2SO4 4%, Homogenisasi dengan NaOH 4%, dan homogenisasi Buio Farma.
c.    Tutup tabung biakkan rapat-rapat dengan kapas yang telah dicelup dalam paraffin yang dipanaskan atau dengan tutupannya bila menggunakan Mac.Cartney inkubasi 37˚ C.
d.    Periksa dengan teliti 3x seminggu. Hasil negatif bila tidak ada pertumbuhan selama 8 minggu.
e.    Buat sediaan mikroskopik dari koloni-koloni yang tumbuh.
Angka kesuburan pertumbuhan:
1.     Sama dengan makroskopik tidak tampak pertumbuhan koloni, mikroskopik terdapat kuman tahan asam.
2.    Koloni lebih kecil dari pada jarum.
3.    Koloni sebesar kepala jarum.
4.    Koloni sebesar 1x1 mm2 atau lebih.
3.         Tes Biokimia TBC
Ø  Katalase:
-       Masukkan campuran H2O2 30 % dan Tween 80 dalam tabung Lowenstein-Jensen-Holm sama banyak hingga koloni-koloni tergenang.
-       Tunggu selama 15 menit, bila positif tampak timbulnya gelembung udara.
Interprestasi Hasil:
·         Positif: Kuman-kuman mungkin sekali sensitif terhadap INH
·         Negatif: Kuman-kuman sudah pasti resisten terhadap INH dan mungkin kurang virulen bagi marmot dan manusia.
Ø  Tes Peroksidase:
-       Masukkan dalam tabung :
1ml penyangga asesat 0,2 mol pH 4, 0,2ml larutan katekol 2% dalam aquades, 0,1ml H2O2 0,3%.
-       Masukkan koloni dan tunggu selama 10 menit.
Interprestasi Hasil:
·         Positif : bila warna koloni berubah menjadi warna tengguli, artinya sama dengan tes katalase.
·         Negatif: bila tidak terjadi perubahan warna koloni.
Ø  Percobaan Merah Netral:
-       Beberapa koloni kuman dari biakan dalam L-J dimasukkan dalam botolMc Cartney yang berisi Methanol 50% 5 ml.
-       Eramkan selama 1 jam pada suhu 37ºC
-       Cairan dibuang, tambahkan lagi dengan Methanol 5% sebanyak 5 ml.
-       Eramkan lagi pada 37ºC.
-       Cairan dibuang, lalu tambahkan 5 ml larutan Na-Barbital tadi dan 0,2 ml larutan merah netral 0,05%
-       Eramkan lagi selama 1 jam pada 37ºC, tiap 15 menit dikocok.
Interprestasi Hasil:
·         Positif : bila gumpalan koloni berwarna merah muda  sampai merah tua.
·         Negatif: tidak terjadi gumpalan.
Ø  Nitrat/Reduksi Nitrat:
-       Tempatkan beberapa tetes dari aquades steril dalam tabung steril pula.
-       Masukkan 1 ose kuman
-       Tambahkan 2 ml larutan Na2NO3 0,01M dalam buffer phospat   pH 7, 0,022M.
-       Goncang campuran, inkubasi pada waterbath pada 37ºC(2 jam).
-       Amati dengan segera perubahan warna larutan “pink”sampai”merah keunguan terang kontras dengan reagen kontrol.
-       Kedalam semua tabung reaksi/reaksi (-) tambahkan 1 cipit serbuk seng, ini akan mereduksi nitrat jadi nitrat warna akan sama dengan yang (+).
Catatan: Pembentukan warna merah/ungu setelah diberi serbuk seng menunjukkan bahwa pembacaan (-) tadi adalah benar.
Ø  Test Niasin:
-       Pada biakan yang lebat ditumbuhkan 0,5 ml-1 ml NaCl 0,85%(aquades) lalu diletakkan miring sedemikian rupa hin gga koloni-koloni terendam dalam cairan tersebut lalu disimpan pada 37ºC selama 24-48 jam.
-       Pindahkan larutan ke dalam sebuah botol Mc.Carp tambahkan 0,5 ml KCN 1% dan 0,5% chloramine T 5%(sama banyak).
Interprestasi Hasil:
·         Positif : Jika cairan berwarna kuning seperti larutan asam, pekat(hati-hati warna ini cepat menghilang).
Catatan: Hanya jenis kuman TB yang membentuk niasin dalam jumlah yang besar bila dibandingkan dengan kuman-kuman tahan asam lainnya(20 x lipat).












Baca juga yang ini yaa...

IDENTIFIKASI PROTEUS 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar