“Sebenarnya
bagaimana keputusannya ini? Tolong perjelas apakah saya lulus atau tidak?”, tulisnya.
Nggak jelas!.
“Memangnya
ada apa?”, salah seorang temannya bertanya.
“Barusan
ada sesuatu. Tapi alhamdulillah saya dinyatakan lolos. Thanks, God. J”, jawabnya.
Daripada
ikutan penasaran, mending saya bertanya. “lulus di program mana, Kak?”.
Beberapa
waktu kemudian, ia jawab “@Zahra: ada tiga program. 1) XL Leader Future. 2)
Lomba essai nasional. 3) Beasiswa BI. Alhamdulillah Allah memberiku banyak
anugerah tak terduga bulan ini...”.
Aku
terperangah. Wow! masya Allah. Dasar Scholarship Hunter!. Betul-betul Successed
Hunter, or whatever-lah!. Aku menggelarinya Scholarship Hunter.
Kalau tidak salah, ini kali ke-lima dia dapat beasiswa selama tiga tahun dia
kuliah di Unhas. dan sekarang apa yang sedang ia lakukan?. Sekarang dia sedang
di Jakarta ikut kompetisi essai nasional, sepertinya begitu.
Apakah
aku iri?. hmm.. sedikit. Tapi setelah kupikir-pikir, dia memang pantas
mendapatkan semua keberuntungan itu. Dia, Seniorku di SMA, mantan ketua Rohis,
pernah menjabat ketua Sekbid Ketakwaan OSIS, juga aktif di Studi Club (Kimia
dan Bajeng English Club), dan masih banyak kegiatan lain yang pernah ia
ikuti. Semangatnya untuk mandiri sangat besar. Sedapat mungkin ia tak ingin
menjadi orang yang bisanya hanya bergantung pada orang lain. Dan lagi, ia
sangat berbakti pada ibunya. Katanya, “Jangan sampai engkau pernah membuat
ibumu mengalirkan air mata karena tingkahmu. Kamu tidak akan beruntung
selamanya”.
Aku
kenal baik keluarganya. Bagaimana tidak? Aku sekelas dengan adiknya, teman
kursus, teman kelas, sekaligus teman bimbel dulu. Jadi sering bareng ke
mana-mana. Mereka keluarga yang hebat!. Aku mengenal mereka sejak kelas enam
SD, sudah berapa tahun tuh? Sudah lama!. Dan sama sekali tidak ada catatan
buruk (sebatas yang ku ketahui).
Setahuku,
dia respek pada semua teman dan sahabatnya. Senang membantu sesama. Tanggap pada
orang-orang yang membutuhkan bantuannya. Mungkin karena doa ibunya, ayahnya,
dan setiap orang yang ia tolong, menyebabkan keberuntungan demi keberuntungan
menyertainya.
Orang
seperti ini yang dibutuhkan Indonesia. Manusia yang semangat untuk berbuat
kebaikan kepada banyak orang, yang pandai membagi waktu untuk diri, keluarga,
dan orang lain. Semoga Allah selalu menjaga semangatnya dalam berbuat kebaikan.
Yaa Muqallibal Quluub.. Tsabbit quluubunaa `alaa diinik.. Wahai Dzat
Yang Membolak-balikkan hati.. tetapkan hati kami di atas agama-Mu. Amin...
Aku
teringat ucapan Ir. Soekarno, “berikan padaku sepuluh pemuda yang mencintai
bangsanya, akan aku guncang dunia!”.
Coba
bandingkan dengan kata-kata, “berikan padaku sepuluh pemuda, maka akan aku
bentuk boy-band atau girl-band”. Sangat tidak sepadan kan?.