Sejak jaman Hypocratus Aretus di Yunani
penyakit tetanus sudah dikenal, sedangkan penyebabnya baru diteliti pada tahun
1884 oleh Tuan Carle dan Rattone. Mereka melakukan penelitian pada kelinci,
kemudian pada tahun 1884 Nalaire melakukan penelitian terhadap tikus putih,
marmot serta kelinci. Rosenbach 1886 dan Kitasato 1889 mlengkapi penelitian
selanjutnya dalam mengindetifikasi penyakit ini.
Clostridium tetani tersebar luas di
dunia. Hidup di tanah, kotoran kuda serta hewan lain. Beberapa tipe tetanus
dapat dibedakan dengan antigen flagel spesifik, semuanya mempunyai antigen O
yang tertutup dan menghasilkan toksin yang sama. Tempat hidup Clostridium
tetani sama dengan tempat hidup Clostridium yang lain yaitu : tanah, tinja
manusia, dan hewan yang tersebar di mana-mana.
Klasifikasi ilmiah
Kingdom: Bacteria
Divisi: Firmicutes
Class: Clostridia
Ordo: Clostridiales
Famili: Clostridiaceae
Genus: Clostridium
Spesies: Clostridium tetani
Tetanus yang sungguh sudah dikenal oleh orang-orang yang
dimasa lalu, yang dikenal karena hubungan
antara luka-luka dan kekejangan-kekejangan otot fatal. Pada tahun 1884, Arthur Nicolaier mengisolasi toksin tetanus
yang seperti strychnine dari tetanus yang hidup
bebas, bakteri lahan anaerob.
Etiologi dari penyakit
itu lebih lanjut diterangkan pada tahun
1884 oleh Antonio Carle dan Giorgio Rattone, yang
mempertunjukkan
sifat mengantar tetanus untuk pertama kali. Mereka mengembangbiakan tetanus di dalam tubuh kelinci-kelinci
dengan menyuntik syaraf mereka di pangkal paha
dengan nanah dari suatu kasus tetanus manusia yang fatal di tahun yang sama tersebut.
Pada tahun 1889, C.tetani terisolasi dari suatu korban manusia, oleh Kitasato Shibasaburo, yang kemudiannya menunjukkan
bahwa organisme bisa menghasilkan penyakit ketika disuntik ke dalam tubuh
binatang-binatang, dan bahwa toksin bisa dinetralkan
oleh zat darah penyerang kuman yang spesifik.
Pada tahun 1897, Edmond Nocard menunjukkan bahwa penolak toksin tetanus
membangkitkan kekebalan pasif di dalam tubuh
manusia, dan bisa digunakan untuk perlindungan dari penyakit dan perawatan. Vaksin lirtoksin tetanus dikembangkan oleh
P.Descombey pada tahun 1924, dan secara luas
digunakan untuk mencegah tetanus yang disebabkan oleh luka-luka pertempuran selama Perang Dunia II.
Karakteristik Clostridium tetani
Clostridium tetani adalah bakteri berbentuk batang lurus, langsing,
berukuran panjang 2-5 mikron dan lebar 0,4-0,5 mikron. Bakteri ini membentuk
eksotoksin yang disebut tetanospasmin. Kuman ini terdapat di tanah terutama
tanah yang tercemar tinja manusia dan binatang. Clostridium tetani termasuk bakteri gram positif anaerobic
berspora, mengeluarkan eksotoksin. Clostridium
tetani menghasilkan 2 eksotosin yaitu tetanospamin dan tetanolisin.
Tetanospaminlah yang dapat menyebabkan penyakit tetanus. Perkiraan dosis
mematikan minimal dari kadar toksin (tenospamin) adalah 2,5 nanogram per
kilogram berat badan atau 175 nanogram untuk 70 kilogram (154lb) manusia.
Clostridium tetani
tidak menghasilkan lipase maupun lesitinase, tidak memecah protein dan tidak
memfermentasi sakarosa dan glukosa juga tidak menghasilkan gas H2S.
Menghasilkan gelatinase, dan indol positif.
Spora dari Clostridium tetani resisten terhadap
panas dan juga biasanya terhadap antiseptis. Sporanya juga dapat bertahan pada
autoclave pada suhu 249.8°F (121°C) selama 10–15 menit. Juga resisten terhadap
phenol dan agen kimia yang lainnya. Secara ringkas, Morfologi
dari Clostridium
tetani yaitu, sebagai berikut :
1. Gram positif batang, bentuk vegetative
mempunyai ujung yang bulat.
2. Anaerob
3. Ukuran 2-5 x 0,5 µm
4. Gerak aktif, flagel peritrik, spora terminal
5. Tidak memfermentasikan dextrose, laktosa,
sukrosa. Membentuk gas pada medium Cooked meat
6. Mereduksikan nitrat
7. Gejala tegang pada tikus putih
8. Pada plat darah koloni tampak seperti benang
kusut (hal ini terjadi bila terkontaminasi dengan kuman lain), bila tidak ada
kontaminasi koloninya seperti proteus.
Patogenitas dan Patofisiologi
Clostridium
tidak merupakan mikrorganisme yang invasif, kuman ini berada di daerah luka
yang anaerob tempat spora bersarang. Meskipun luka terlihat kecil tapi
penyakitnya berupa toksinia. Spora dan basil menghasilkan toksin di bantu oleh
kerusakan jaringan, garam kalsium, infeksi kuman lain. Toksin dapat sampai ke
susunan saraf pusat dan jaringannya sehingga menyebabkan kejang (tetanus) dan
mungkin juga terjadi penumpukan acetyl cholin.
Tetanus disebabkan neurotoksin (tetanospasmin) dari bakteri
Gram positif anaerob, Clostridium tetani, dengan mula-mula 1 hingga 2 minggu
setelah inokulasi bentuk spora ke dalam darah tubuh yang mengalami cedera
(periode inkubasi). Penyakit ini merupakan 1 dari 4 penyakit penting yang
manifestasi klinis utamanya adalah hasil dari pengaruh kekuatan eksotoksin
(tetanus, gas ganggren, dipteri, botulisme).
Bakteri Clostridium tetani ini banyak ditemukan di tanah,
kotoran manusia dan hewan peliharaan dan di daerah pertanian. Tempat masuknya
kuman penyakit ini bisa berupa luka yang dalam yang berhubungan dengan
kerusakan jaringan lokal, tertanamnya benda asing atau sepsis dengan
kontaminasi tanah, lecet yang dangkal dan kecil atau luka geser yang
terkontaminasi tanah, trauma pada jari tangan atau jari kaki yang berhubungan
dengan patah tulang jari dan luka pada pembedahan.
Cara penularan
Tetanus terutama ditemukan di daerah tropis dan merupakan
penyakit infeksi yang penting baik dalam prevalensinya maupun angka kematiannya
yang masih tinggi . Tetanus merupakan infeksi berbahaya yang biasa mendatangkan
kematian. Bakteri ini ditemukan di tanah dan feses manusia dan binatang.
Infeksi ini muncul (masa inkubasi) 3 sampai 14 hari. Di dalam luka yang dalam
dan sempit sehingga terjadi suasana anaerob. Clostridium tetani berkembang biak
memproduksi tetanospasmin suatu neurotoksin yang kuat. Toksin ini akan mencapai
system syaraf pusat melalui syaraf motorik menuju ke bagian anterior spinal
cord.
Jenis-jenis luka yang sering menjadi tempat masuknya kuman Clostridium tetani
sehingga harus mendapatkan perawatan khusus adalah:
1.
Luka-luka tembus pada kulit atau yang menimbulkan kerusakan
luas
2.
Luka baker tingkat 2 dan 3
3.
Fistula kulit atau pada sinus-sinusnya
4.
Luka-luka di bawah kuku
5.
Ulkus kulit yang iskemik
6.
Luka bekas suntikan narkoba
7.
Bekas irisan umbilicus pada bayi
8.
Endometritis sesudah abortus septic
9.
Abses gigi
10. Mastoiditis
kronis
11. Ruptur apendiks
12. Abses dan luka yang
mengandung bakteri dari tinja
Gambaran Klinik
1) Masa inkubasi 4-5 hari, beberapa minggu atau
beberapa bulan
2) Adanya luka dan anaerob
3) Bakteri tetanus harus berkembang biak dan
membentuk eksotoksin, diperlukan waktu untuk pengikatan jaringan yang sensitive
terhadap toksin.
4) Toksin menjalan ke seluruh badab, bakteri
tetap pada luka asal, toksin sampai susunan saraf ousat dan menyebabkan kejang
pada otot, mulut susah dibuka (toksinnya hanya meyerang susunan saraf) meskipun
penderitanya tetap sadar.
5)
Kematian
dapat mencapai 50%, biasanya karena kelumpuhan system saraf pernafasan.
Clostridium mengeluarkan eksotoksin, dapat di bentuk secara invitro pada media cair. Toksinnya sangat termolabil karena itu harus di simpan pada tempat yang gelap dan bersuhu rendah. Toksinnya sangat ganas sekali dan mematikan. Toksinnya terdiri dari dua factor :
Ø Tetano spasmin menyerang sel saraf penderita
Ø Tetanolisin menghancurkan eritrosit manusia
Secara klinik, penyakit tetanus dapat dibedakan yaitu :
1. Tetanus local : jarang terjadi, biasanya terjadi pada orang yang kekebalannya tidak sempurna atau karena spora yang masuk sedikit. Penyakit ini tidak begitu berat.
2. Tetanus Neonatorum : terjadi pada bayi, tidak lama setelah bayi lahir (kurang dari 10 hari), terjadi karena pemotongan tali pusat yang tidak steril. Gejalanya, bayi tidak mau menyusui, gelisah, tangan mengepal, karena itu sebaiknya dilakukan pencegahan :
· Terhadap tetanus Neonatorum dengan vaksinasi ibu hamil 2 kali dalam semester II dan III dengan formotoksoid dan ATS.
· Sebagai dasar pengebalan pada anak-anak mulai umur 3 bulan tiga kali berturut-turut dengan jarak 4-6 minggu dalam bentuk DPT. Sedangkan, Booster pada umur 2-3 tahun pada saat akan masuk sekolah dan selanjutnya tiap 1-2 tahun dengan toksoid saja.
Terjadi luka tapi belum timbul gejala, pemberian toksoid dan ATS :
· Ditinjau dari status kekebalan dan sifat luka.
· Dilakukantes hipersensitiviti, bila akan diberi ATS 1000-3000 SI tergantung usia.
· Tanpa mengindahkan sudah atau belum divaksinasi, eksotoksin harus dinetralisasi dengan antitoksin dengan dosis 10000-80000 SI tergantung dari : keadaan penderita, usia penderita dan ada tidaknya komplikasi.
Gambar: Neonatal tetanus (Tetanus pada bayi baru lahir)
Diagnosis Laboratorium dan Prognosis
Diagnosis tetanus ditegakan
berdasarkan gejala-gejala klinik yang khas. Secara bakteriologi biasanya tidak
diharuskan oleh karena sukar sekali mengisolasi Clostridium tetani dari luka
penderita , yang kerap kali sangat kecil dan sulit dikenal kembali oleh
penderita sekalipun.
Diagnosis tetanus dapat diketahui dari
pemeriksaan fisik pasien sewaktu istirahat, berupa :
a)
Gejala klinik : Kejang
tetanic, trismus, dysphagia, risus sardonicus (sardonic smile).
b)
Adanya luka yang
mendahuluinya. Luka adakalanya sudah dilupakan.
c)
Kultur : C. tetani
(+).
d)
Lab : SGOT, CPK meninggi
serta dijumpai myoglobinuria.
Diagnosis tetanus dapat diketahui dari
pemeriksaan laboratorium yaitu :
1) Bahan pemeriksaan : potongan jaringan, PUS,
hapus luka, kotoran kuda atau hewan lain,bedak (talk).
2) Media : yang di perlukan Thyoglikolat agar,
Agar darah, gula-gula, Tarozi anaerob.
3) Direct preparat : pewarnaan gram, spora,
Klien, Saffer fulton.
4) Hewan percobaan : tikus putih, lakukan
penyuntikkan intra muscular dan amati sampai 7 hari. Tikus akan kejang mulai
dari ekor. Tikus mati karena toksin.
Tetanus
memiliki angka kematian sampai 50%. Kematian biasanya terjadi pada penderita
yang sangat muda, sangat tua dan pemakai obat suntik. Jika gejalanya memburuk
dengan segera atau jika pengobatan tertunda, maka prognosisnya buruk.
Pencegahan dan Pengobatan
Pencegahan
dilakukan dengan :
1. Immunisasi toksoid
2. Perawatan luka dengan antiseptic
3. Pemberian antibiotic
4. Pemakaian antitoksin ubtuk pencegahan
5. Pembedahan daerah luka
6. Suntikan Booster
Pengobatan
1)
Antibiotika
Diberikan parenteral Peniciline 1,2juta unit / hari selama 10 hari, IM.
Sedangkan tetanus pada anak dapat diberikan Peniciline dosis 50.000 Unit /
KgBB/ 12 jam secafa IM diberikan selama 7-10 hari. Bila sensitif terhadap
peniciline, obat dapat diganti dengan preparat lain seperti tetrasiklin dosis
30-40 mg/kgBB/ 24 jam, tetapi dosis tidak melebihi 2 gram dan diberikan dalam
dosis terbagi ( 4 dosis ). Bila tersedia Peniciline intravena, dapat digunakan
dengan dosis 200.000 unit /kgBB/ 24 jam, dibagi 6 dosis selama 10 hari.
Antibiotika ini hanya bertujuan membunuh bentuk vegetatif dari C. tetani, bukan
untuk toksin yang dihasilkannya. Bila dijumpai adanya komplikasi pemberian
antibiotika broad spektrum dapat dilakukan.
2)
Antitoksin
Antitoksin dapat digunakan Human Tetanus Immunoglobulin (TIG) dengan dosis
3000-6000 U, satu kali pemberian saja, secara IM tidak boleh diberikan secara
intravena karena TIG mengandung "anti complementary aggregates of globulin
", yang mana ini dapat mencetuskan reaksi allergi yang serius. Bila TIG
tidak ada, dianjurkan untuk menggunakan tetanus antitoksin, yang berawal dari
hewan, dengan dosis 40.000 U, dengan cara pemberiannya adalah : 20.000 U dari
antitoksin dimasukkan kedalam 200 cc cairan NaC1 fisiologis dan diberikan
secara intravena, pemberian harus sudah diselesaikan dalam waktu 30-45 menit.
Setengah dosis yang tersisa (20.000 U) diberikan secara IM pada daerah pada
sebelah luar.
3)
Tetanus Toksoid
Pemberian Tetanus Toksoid (TT) yang pertama,dilakukan
bersamaan dengan pemberian antitoksin tetapi pada sisi yang berbeda dengan alat
suntik yang berbeda. Pemberian dilakukan secara I.M. Pemberian TT harus
dilanjutkan sampai imunisasi dasar terhadap tetanus selesai
4)
Antikonvulsan
Penyebab utama kematian pada tetanus neonatorum adalah kejang klonik yang
hebat, muscular dan laryngeal spasm beserta komplikaisnya. Dengan penggunaan
obat – obatan sedasi/muscle relaxans, diharapkan kejang dapat
diatasi. Contohnya :
Ø Diazepam
0,5 – 1,0 mg/kg Berat badan / 4 jam (IM)
Ø Meprobamat
300 – 400 mg/ 4 jam (IM)
Ø Klorpromasin
25 – 75 mg/ 4 jam (IM)
Ø Fenobarbital
50 – 100 mg/ 4 jam (IM)
Ø Pemberian ATS 10000-80000 SI
Ø Fenolbarbital untuk mengurangi kejang.
Ø Penicillin untuk mengurangi/mencegah infeksi
lain dan membunuh Clostridium tetani
Ø Hati hati saat pemberian makanan, jangan
sampai makanan masuk ke saluran pernapasan (dapat menyebabkan pneumonia)
Pemeriksaan
Clostridium tetani
a) Bahan Pemeriksaan
1) BP
Ø PUS
Ø Hapus luka
Ø Potongan kulit yang ada lukanya
Ø Kotoran dari jalan
Ø Bedak/talk, cat-gut, dll.
2) Biakan
Ø Thyiglokolat
Ø Agar darah
Ø Gula-gula yang terdiri dari : Trypticase agar
case, Trypticase dextrose, Trypticase lactose agar, Trypticase sukrosa agar,
Trypticase nitrat green, dan cooked meet medium.
3) Derek Preparat
Ø Pewarnaan Gram
Ø Pewarnaan Klien atau Scaeffer (spora)
4) Hewan Preparat
Tikus
putih (untuk memproduksi toksin)
b) Prinsip Pemeriksaan
1. Mikroskopis : setelah dibuat preparat dan
diwarnai Gram dan spora hasilnya : Batang langsing, berspora terminal, mirip
jarum pentul atau pemukul genderang. Gram positif.
2. Pada agar darah anaerob koloni tersangka
tampak seperti benang halus (bila terkontaminasi). Koloni meluas membentuk
filament halus mirip koloni proteus (bila tidak ada kontaminasi).
3. Hewan percobaan : penyuntikkan pada tikus
putih secara intra muscular, pengamatan dilakukan selama 7 hari. Masa inkubasi
tetanus 2-4 hari dengan tanda-tanda ekor dan kaki belakang kejang-kejang, mati
bila toksin telah terbentuk banyak.
4. Identifikasi pada gula-gula :
spesies
|
Pada agar darah
|
Spora
|
Ge
rak
|
Cooked
meat
|
Lak
to
sa
|
Dex
Tro
sa
|
Sak
aro
sa
|
Ind
ol
|
Red
uksi
nitrat
|
Cl.tetani
|
hmlss
|
bl,
tml
|
+
|
bgkd,
ht
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Cl.novy
|
hmlss
|
lj,
ct
|
+
|
g
|
-
|
+
|
-
|
-
|
-
|
Cl.septicum
|
hmlss
|
lj,
sbtml
|
+
|
g
|
-
|
+
|
-
|
-
|
+
|
Cl.perfringe
|
Hmlss
|
-
|
+
|
g
|
+
|
+
|
+
|
-
|
+
|
Cl.sporogenes
|
hmlss
|
lj,
sbtml
|
+
|
bgdg,
ht
|
-
|
+
|
-
|
-
|
-
|
Cl.botulinum
|
hmlss
|
Idem
|
+
|
idem
|
-
|
+
|
-
|
-
|
-
|
Cl.histoliticum
|
hmlss
|
idem
|
+
|
idem
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Cl.chauvoei
|
hmlss
|
lj,
ct
|
+
|
g
|
+
|
+
|
+
|
-
|
-
|
Cl.bifementis
|
hmlss
|
Idem
|
+
|
bgdg,
ht
|
-
|
-
|
-
|
+
|
-
|
Keterangan:
bl : bulat
lj : lonjong
sbtml : subterminal
bgdg : bau gas digesti
bgkd : bau gas kadang
tml : terminal
ct : central
g : gas
ht : hitam
hmlss : hemolisis
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 1997. Mikrobiologi Kedokteran. 127-131. Yogyakarta: Bagian
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran
UGM.
Muliawan,
Sylvia.Y. 2007. Bakteri anaerob yang
erat kaitannya dengan problem klinik (Diagnosis dan penatalaksana). P :
26-33. Jakarta: EGC.
Mursalim.
2008, Penuntun Bakteriologi Praktikum. Makassar: Politeknik Kesehatan
Makassar.