Pernah tidak mendengar kakek atau
nenek kita saat mereka bercerita, “Cu, waktu kakek masih muda...”.
Nah, ada apa dengan masa muda?.
Al-Qur`an banyak bercerita tentang
sosok pemuda yang mampu mewujudkan perubahan dengan keunggulan pribadi yang
kuat. Mereka memiliki prinsip dan sikap yang jelas dalam mewujudkan perubahan
tersebut. Bukan keunggulan kepribadian saja yang kuat, tetapi keunggulan
tersebut sangat dibutuhkan oleh zamannya.
Sosok Ibrahim, pemuda cerdas serta
kritis terhadap ideologi dan keyakinan yang dianut masyarakat sekitarnya,
termasuk orang tuanya sendiri. “Dan ingatlah waktu Ibrahim berkata kepada
bapaknya Aazar: ”Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai
tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata.”
(QS. Al-An`am:74).
Nabi Ibrahim mampu mematikan logika
sesat Aazar dan Namrud. Dengan gagah berani dan keyakinan yang tinggi dia
mendebat Namrud [QS. Al-Anbiya [21]: 52-71]. Keunggulan logika Ibrahim tersebut
sangat tepat dengan zamannya.
Kemudian, lihatlah seorang Daud
muda, dengan keberanian dan kemilitansian yang tinggi membawa misi membunuh
rezim tirani Jalut dengan ketapelnya dalam sebuah pertempuran. Dengan izin
Allah, keberanian dan kemilitansian yang mengantarkan Daud pada kemenangan bahkan
akhirnya membentuk sebuah kerajaan multinasional. “Maka mereka
mengalahkannya dengan izin Allah, dan Daud membunuh Jalut. Kemudian Allah
memberinya (Daud) kerajaan dan hikmah dan mengajarinya apa yang Dia kehendaki.
“ (QS. Al-Baqarah:251)
Seorang Yusuf muda, dengan
kematangan kepribadian dan kecerdasan dalam mengelola keuangan, dengan izin
Allah mampu memberikan perubahan dan menyelamatkan negeri Mesir dari krisis
ekonomi kronis dan mengembalikannya dalam kemakmuran. (QS. Yusuf: 54-56).
Bahkan dengan kematangan kepribadian dan kesholihanya dia dapat mengalahkan
gejolak syahwat kepemudaanya terhadap Zulaikha. Keunggulan pribadi dan
pengelolaan ekonomi yang dimiliki oleh Yusuf sangat tepat dengan zamannya.
Dalam QS. al-Buruuj, Allah
menceritakan tentang sekelompok pemuda (ashabul ukhdud) yang memberontak,
memperjuangkan haknya untuk beriman kepada Allah, melawan para rezim tirani
para pembesar Najran di Yaman, di tengah-tengah masyarakat yang tidak berdaya.
Para pemuda tersebut dimasukkan dalam parit. Ketika api dalam parit membakar
mereka, justeru membakar semangat perlawanan masyarakat. Mereka ikut terjun
dalam parit tersebut, sehingga kekuasaan pembesar Najran tidak ada artinya,
karena sudah tidak memiliki rakyat.
Adapun kisah Ashabul kahfi, mereka
melakukan perlawanan dengan jalan uzlah dan strategi bawah tanah.
Lihatlah sosok sahabat-sahabat
Rasulullah, sebagian besar dari mereka adalah pemuda. Pemuda Islam yang
gagah berani serta benar-benar menggunakan masa mudanya untuk kemuliaan Islam.
Mereka muda tapi dewasa, memiliki kepribadian yang matang serta tsabbat, punya
sikap dan pantang menyia-nyiakan waktu mudanya dengan kelalaian.
Masa muda merupakan masa-masa
terindah yang Allah beri. Di sana ada banyak peluang untuk berprestasi,
berkreasi dan berinovasi. Masa muda penuh karya, penuh makna dan hikmah.
Allah memberikan masa muda yang sama
bagi setiap orang, yang membedakan adalah penyikapan terhadap masa yang Allah
berikan tersebut, apakah akan dipergunakan dengan hal-hal yang bermanfaat bagi
diri, keluarga dan masyarakat atau menyia-nyiakannya dengan segala macam
kesenangan sesaat. Jangan sampai muara dari masa muda adalah penyesalan di masa
tua.
Sangatlah bijak jika masa muda
dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Berikut beberapa hal yang dapat membuat masa
muda bikin hidup lebih hidup…
1. Beribadah dan beramal sholeh
Aspek ibadah dan amal sholeh
sangatlah luas. Bukan hanya ibadah maghdhoh saja yang berbuah amal sholeh,
tetapi setiap pekerjaan yang diniatkan karena Allah dan tidak melanggar
hukum-hukum syariah merupakan bentuk dari amal sholeh. Ketika seseorang
belajar, sekolah, mengurus anak, bekerja bahkan hanya sekedar membersihkan
lantai dan memasak, jika dibingkai dengan niat yang ikhlas karena Allah maka
hal tersebut akan menjadi amal kebaikan. “Katakanlah (Muhammad),
sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah,
Tuhan seluruh alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya dan demikianlah yang
diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama berserah diri
(muslim).” (Qs. Al-An`am: 162-163).
2. Belajar dan mengkaji ilmu-ilmu Allah
Masa muda adalah masa kekuatan.
Salah satu bentuk dari wujud syukur terhadap Allah adalah menggunakan seluruh
kekuatan (akal, fisik dan ruh) yang Allah berikan dengan baik dan tanpa
kesia-siaan. Belajar dan terus mengkaji ilmu merupakan bentuk wujud syukur
manusia pada Allah, karena akal, fisik dan ruh yang Allah berikan bersinergis
dalam mengkaji ilmu-ilmu Allah yang tak terhitung banyaknya. “Tuhan yang
telah menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan menjadikan jalan-jalan
diatasnya bagimu dan yang menurunkan air (hujan) dari langit, kemudian Kami
tumbuhkan dengannya aneka macam tumbuh-tumbuhan. Makanlah dan gembalakanlah
hewan-hewanmu. Sungguh, pada yang demikian itu, terdapat tanda-tanda (kebesaran
Allah) bagi orang yang berakal.” (Qs. Thaaha: 53-54). Sosok Ibrahim telah
mencontohkan.
3. Berprestasi
Nilai dari prestasi bukan hanya
terbatas dari prestasi belajar dan sekolah saja. Banyak prestasi-prestasi yang
bisa di raih pada masa muda. Seorang Yusuf telah mencontohkan prestasi yang
spektakuler, yaitu mengalahkan nafsu syahwatnya terhadap Zulaikha yang sama
sekali bukan isterinya, padahal mudah saja bagi Yusuf untuk memenuhi nafsu
syawhatnya tersebut, tapi keteguhan terhadap tali Allah mengalahkan segalanya.
Di usia mudanya juga ia telah mampu “menyelamatkan” sebuah negara besar dari
krisis ekonomi. Prestasi dalam membentuk jadi diri sesuai dengan nilai-nilai
Islam, prestasi dalam berbakti pada orang tua, prestasi dalam berdakwah,
prestasi dalam mengendalikan hawa nafsu, dsb.
Wallahua`lam bi shawwab…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar