Sabtu, 10 November 2012

In Ahsantum, Ahsantum Li Anfusikum.


“Sebenarnya bagaimana keputusannya ini? Tolong perjelas apakah saya lulus atau tidak?”, tulisnya. Nggak jelas!.
“Memangnya ada apa?”, salah seorang temannya bertanya.
“Barusan ada sesuatu. Tapi alhamdulillah saya dinyatakan lolos. Thanks, God. J”, jawabnya.
Daripada ikutan penasaran, mending saya bertanya. “lulus di program mana, Kak?”.
Beberapa waktu kemudian, ia jawab “@Zahra: ada tiga program. 1) XL Leader Future. 2) Lomba essai nasional. 3) Beasiswa BI. Alhamdulillah Allah memberiku banyak anugerah tak terduga bulan ini...”.
Aku terperangah. Wow! masya Allah. Dasar Scholarship Hunter!. Betul-betul Successed Hunter, or whatever-lah!. Aku menggelarinya Scholarship Hunter. Kalau tidak salah, ini kali ke-lima dia dapat beasiswa selama tiga tahun dia kuliah di Unhas. dan sekarang apa yang sedang ia lakukan?. Sekarang dia sedang di Jakarta ikut kompetisi essai nasional, sepertinya begitu.
Apakah aku iri?. hmm.. sedikit. Tapi setelah kupikir-pikir, dia memang pantas mendapatkan semua keberuntungan itu. Dia, Seniorku di SMA, mantan ketua Rohis, pernah menjabat ketua Sekbid Ketakwaan OSIS, juga aktif di Studi Club (Kimia dan Bajeng English Club), dan masih banyak kegiatan lain yang pernah ia ikuti. Semangatnya untuk mandiri sangat besar. Sedapat mungkin ia tak ingin menjadi orang yang bisanya hanya bergantung pada orang lain. Dan lagi, ia sangat berbakti pada ibunya. Katanya, “Jangan sampai engkau pernah membuat ibumu mengalirkan air mata karena tingkahmu. Kamu tidak akan beruntung selamanya”.
Aku kenal baik keluarganya. Bagaimana tidak? Aku sekelas dengan adiknya, teman kursus, teman kelas, sekaligus teman bimbel dulu. Jadi sering bareng ke mana-mana. Mereka keluarga yang hebat!. Aku mengenal mereka sejak kelas enam SD, sudah berapa tahun tuh? Sudah lama!. Dan sama sekali tidak ada catatan buruk (sebatas yang ku ketahui).
Setahuku, dia respek pada semua teman dan sahabatnya. Senang membantu sesama. Tanggap pada orang-orang yang membutuhkan bantuannya. Mungkin karena doa ibunya, ayahnya, dan setiap orang yang ia tolong, menyebabkan keberuntungan demi keberuntungan menyertainya.
Orang seperti ini yang dibutuhkan Indonesia. Manusia yang semangat untuk berbuat kebaikan kepada banyak orang, yang pandai membagi waktu untuk diri, keluarga, dan orang lain. Semoga Allah selalu menjaga semangatnya dalam berbuat kebaikan. Yaa Muqallibal Quluub.. Tsabbit quluubunaa `alaa diinik.. Wahai Dzat Yang Membolak-balikkan hati.. tetapkan hati kami di atas agama-Mu. Amin...
Aku teringat ucapan Ir. Soekarno, “berikan padaku sepuluh pemuda yang mencintai bangsanya, akan aku guncang dunia!”.
Coba bandingkan dengan kata-kata, “berikan padaku sepuluh pemuda, maka akan aku bentuk boy-band atau girl-band”. Sangat tidak sepadan kan?.



Sabtu, 03 November 2012

...


Sepi. Seisi rumah berakhir pekan ke Bilaya, kecuali aku. Apa daya, tugas-tugas kampus yang bertumpuk menghalangiku untuk berangkat ke mana-mana. aku ingin menghabiskan akhir pekanku hanya dengan menuntaskan seluruh pe-er ini.
Sepi. Betul-betul sepi rumah hari ini. Tidak ada suara mama yang lagi sibuk masak, terus panggil semuanya makan. Tidak ada suara bapak yang sering ngasih nasihat (kadang juga pake marah-marah) buat anak-anaknya yang bandel. Tidak ada suara Nina dan Lathifah yang sering berceloteh sampai bertengkar. Tidak ada Ahmad yang bisa dimintai tolong belikan apa-apa di warung. Tidak ada Kaltsum yang sibuk berceloteh tentang pertandingan MU versus Chelsea. Semunya tidak ada, semuanya pergi. Tinggal aku sendiri di sini, bersama suara ketikan komputer, bersama rintik hujan. Bersama angin dan nyamuk-nyamuk nakal. Fiuuh... barangkali begini ya rasanya tinggal di perantauan.
Hmm.. aku berharap besok hujan deraaaas sekali, agar aku tidak berfikir mau ke mana-mana. Aku ingin di rumah saja dulu, dengan tumpukan pe-er ini. Oke, Fighting!.
Karena manisnya hidup akan terasa setelah lelah berjuang.