Jumat, 07 Desember 2012


Daun yang jatuh tak pernah membenci angin.
Tapi aku bukan daun, dan kau pun bukanlah angin.


Sabtu, 10 November 2012

In Ahsantum, Ahsantum Li Anfusikum.


“Sebenarnya bagaimana keputusannya ini? Tolong perjelas apakah saya lulus atau tidak?”, tulisnya. Nggak jelas!.
“Memangnya ada apa?”, salah seorang temannya bertanya.
“Barusan ada sesuatu. Tapi alhamdulillah saya dinyatakan lolos. Thanks, God. J”, jawabnya.
Daripada ikutan penasaran, mending saya bertanya. “lulus di program mana, Kak?”.
Beberapa waktu kemudian, ia jawab “@Zahra: ada tiga program. 1) XL Leader Future. 2) Lomba essai nasional. 3) Beasiswa BI. Alhamdulillah Allah memberiku banyak anugerah tak terduga bulan ini...”.
Aku terperangah. Wow! masya Allah. Dasar Scholarship Hunter!. Betul-betul Successed Hunter, or whatever-lah!. Aku menggelarinya Scholarship Hunter. Kalau tidak salah, ini kali ke-lima dia dapat beasiswa selama tiga tahun dia kuliah di Unhas. dan sekarang apa yang sedang ia lakukan?. Sekarang dia sedang di Jakarta ikut kompetisi essai nasional, sepertinya begitu.
Apakah aku iri?. hmm.. sedikit. Tapi setelah kupikir-pikir, dia memang pantas mendapatkan semua keberuntungan itu. Dia, Seniorku di SMA, mantan ketua Rohis, pernah menjabat ketua Sekbid Ketakwaan OSIS, juga aktif di Studi Club (Kimia dan Bajeng English Club), dan masih banyak kegiatan lain yang pernah ia ikuti. Semangatnya untuk mandiri sangat besar. Sedapat mungkin ia tak ingin menjadi orang yang bisanya hanya bergantung pada orang lain. Dan lagi, ia sangat berbakti pada ibunya. Katanya, “Jangan sampai engkau pernah membuat ibumu mengalirkan air mata karena tingkahmu. Kamu tidak akan beruntung selamanya”.
Aku kenal baik keluarganya. Bagaimana tidak? Aku sekelas dengan adiknya, teman kursus, teman kelas, sekaligus teman bimbel dulu. Jadi sering bareng ke mana-mana. Mereka keluarga yang hebat!. Aku mengenal mereka sejak kelas enam SD, sudah berapa tahun tuh? Sudah lama!. Dan sama sekali tidak ada catatan buruk (sebatas yang ku ketahui).
Setahuku, dia respek pada semua teman dan sahabatnya. Senang membantu sesama. Tanggap pada orang-orang yang membutuhkan bantuannya. Mungkin karena doa ibunya, ayahnya, dan setiap orang yang ia tolong, menyebabkan keberuntungan demi keberuntungan menyertainya.
Orang seperti ini yang dibutuhkan Indonesia. Manusia yang semangat untuk berbuat kebaikan kepada banyak orang, yang pandai membagi waktu untuk diri, keluarga, dan orang lain. Semoga Allah selalu menjaga semangatnya dalam berbuat kebaikan. Yaa Muqallibal Quluub.. Tsabbit quluubunaa `alaa diinik.. Wahai Dzat Yang Membolak-balikkan hati.. tetapkan hati kami di atas agama-Mu. Amin...
Aku teringat ucapan Ir. Soekarno, “berikan padaku sepuluh pemuda yang mencintai bangsanya, akan aku guncang dunia!”.
Coba bandingkan dengan kata-kata, “berikan padaku sepuluh pemuda, maka akan aku bentuk boy-band atau girl-band”. Sangat tidak sepadan kan?.



Sabtu, 03 November 2012

...


Sepi. Seisi rumah berakhir pekan ke Bilaya, kecuali aku. Apa daya, tugas-tugas kampus yang bertumpuk menghalangiku untuk berangkat ke mana-mana. aku ingin menghabiskan akhir pekanku hanya dengan menuntaskan seluruh pe-er ini.
Sepi. Betul-betul sepi rumah hari ini. Tidak ada suara mama yang lagi sibuk masak, terus panggil semuanya makan. Tidak ada suara bapak yang sering ngasih nasihat (kadang juga pake marah-marah) buat anak-anaknya yang bandel. Tidak ada suara Nina dan Lathifah yang sering berceloteh sampai bertengkar. Tidak ada Ahmad yang bisa dimintai tolong belikan apa-apa di warung. Tidak ada Kaltsum yang sibuk berceloteh tentang pertandingan MU versus Chelsea. Semunya tidak ada, semuanya pergi. Tinggal aku sendiri di sini, bersama suara ketikan komputer, bersama rintik hujan. Bersama angin dan nyamuk-nyamuk nakal. Fiuuh... barangkali begini ya rasanya tinggal di perantauan.
Hmm.. aku berharap besok hujan deraaaas sekali, agar aku tidak berfikir mau ke mana-mana. Aku ingin di rumah saja dulu, dengan tumpukan pe-er ini. Oke, Fighting!.
Karena manisnya hidup akan terasa setelah lelah berjuang.


Jumat, 19 Oktober 2012


Selagi ku punya waktu.. Terangi aku dengan Cahaya-Mu, ya Rabb..

I Say Thanks, My Friends


Jangan memandang padaku jika disebut IPK 4,00. Aku malu, kawan. Pertanggung-jawabannya berat sekali, you know. Predikat sebagai “Mahasiswa Terbaik” itu tidak pantas untukku. Terkadang aku masih lupa pelajaran-pelajaran yang telah lalu. Malu saat seseorang bertanya tentang sesuatu namun tak mampu kujawab. Meski lupa adalah perkara yang manusiawi, tetap saja predikat itu memberi beban padaku.
Saat mempersilahkanku berbicara di depan orang-orang baru, engkau selalu memperkenalkan bahwa inilah mahasiswa terbaik, kebanggaan dari kelas kami. Jujur, aku malu mendengarnya. Pantaskah?. Jangan berlebihan.. aku mungkin tak lebih baik darimu, kawan.. Tapi kuucapkan terimakasih atas prasangka baikmu padaku selama ini. Kumohon tetap doakan aku untuk selalu dalam kebaikan.
Oh iya, minta maaf soal absen yang bermasalah itu ya. itu semua salahku. Terima kasih yang sebesar-besarnya buat Ketua Tingkat yang selalu memaklumi dan memaafkanku, yang tak pernah memarahiku sebesar apapun kesalahanku. Terimakasih yang tak terhingga juga untuk jajaran pengurus kelas, sahabat-sahabatku, beserta seluruh teman kelasku “Microfilaria B” 2010 yang selalu men-support, selalu ada dalam suka maupun duka. Semoga hidayah dan rahmat Allah selalu menyertai kita. Amin..



Sabtu, 15 September 2012

Yang Terlupa Dari Keikhlasan


Pemburu nilai, pemburu nilai di mata manusia!. Sampai kapan kau seperti itu?. Tidakkah kau menginginkan sesuatu yang lebih baik?. Kau hanya kagum pada orang-orang yang telah mendahuluimu. Mereka-mereka yang telah membuktikan apa yang mereka impikan. Mereka telah membuktikan bahwa mereka bisa. Sedangkan kau, ada apa denganmu?. Kau masih diam di sini. Membisu. Tidakkah kau berfikir bahwa kau pun bisa seperti mereka atau bahkan lebih?. Bergeraklah!. Ayo bangkit!. Lupakan semua penilaian manusia kepadamu!. Mereka hanya mengukurmu dari apa yang telah kau lakukan, sedangkan kau? Kau mengukur dirimu dari apa yang bisa kau lakukan. Masih banyak yang harus diperjuangkan. Bergeraklah, bangkitlah, dan ikhlaskan semuanya!.

***

Yang Terlupa Dari Keikhlasan

Ikhlas, suatu kata yang sudah tidak asing lagi di telinga kaum muslimin. Sebuah kata yang singkat namun sangat besar maknanya. Sebuah kata yang seandainya seorang muslim terhilang darinya, maka akan berakibat fatal bagi kehidupannya, baik kehidupan dunia terlebih lagi kehidupannya di akhirat kelak. Ya itulah dia, sebuah keikhlasan. Amal seorang hamba tidak akan diterima jika amal tersebut dilakukan tidak ikhlas karena Allah.
Allah berfirman yang artinya,
“Maka sembahlah Allah dengan mengikhlaskan agama kepada-Nya.” (Qs. Az Zumar: 2)
Keikhlasan merupakan syarat diterimanya suatu amal perbuatan di samping syarat lainnya yaitu mengikuti tuntunan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.
Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu berkata, “Perkataan dan perbuatan seorang hamba tidak akan bermanfaat kecuali dengan niat (ikhlas), dan tidaklah akan bermanfaat pula perkataan, perbuatan dan niat seorang hamba kecuali yang sesuai dengan sunnah (mengikuti Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam)”
Apa Itu Ikhlas ?
Banyak para ulama yang memulai kitab-kitab mereka dengan membahas permasalahan niat (dimana hal ini sangat erat kaitannya dengan keikhlasan), di antaranya Imam Bukhari dalam kitab Shahih-nya, Imam Al Maqdisi dalam kitab Umdatul Ahkam, Imam Nawawi dalam kitab Arbain An-Nawawi dan Riyadhus Shalihin-nya, Imam Al Baghowi dalam kitabMasobihis Sunnah serta ulama-ulama lainnya. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya keikhlasan tersebut. namun, apakah sesungguhnya makna dari ikhlas itu sendiri ?
Ukhti muslimah, yang dimaksud dengan keikhlasan adalah ketika engkau menjadikan niatmu dalam melakukan suatu amalan hanyalah karena Allah semata, engkau melakukannya bukan karena selain Allah, bukan karena riya (ingin dilihat manusia) ataupun sum’ah (ingin didengar manusia), bukan pula karena engkau ingin mendapatkan pujian serta kedudukan yang tinggi di antara manusia, dan juga bukan karena engkau tidak ingin dicela oleh manusia. Apabila engkau melakukan suatu amalan hanya karena Allah semata bukan karena kesemua hal tersebut, maka ketahuilah saudaraku, itu berarti engkau telah ikhlas. Fudhail bin Iyadh berkata, “Beramal karena manusia adalah syirik, meninggalkan amal karena manusia adalah riya.”
Dalam Hal Apa Aku Harus Ikhlas ?
Sebagian manusia menyangka bahwa yang namanya keikhlasan itu hanya ada dalam perkara-perkara ibadah semata seperti sholat, puasa, zakat, membaca al qur’an , haji dan amal-amal ibadah lainnya. Namun ukhti muslimah, ketahuilah bahwa keikhlasan harus ada pula dalam amalan-amalan yang berhubungan dengan muamalah. Ketika engkau tersenyum terhadap saudarimu, engkau harus ikhlas. Ketika engkau mengunjungi saudarimu, engkau harus ikhlas. Ketika engkau meminjamkan saudarimu barang yang dia butuhkan, engkau pun harus ikhlas. Tidaklah engkau lakukan itu semua kecuali semata-mata karena Allah, engkau tersenyum kepada saudarimu bukan karena agar dia berbuat baik kepadamu, tidak pula engkau pinjamkan atau membantu saudarimu agar kelak suatu saat nanti ketika engkau membutuhkan sesuatu maka engkau pun akan dibantu olehnya atau tidak pula karena engkau takut dikatakan sebagai orang yang pelit. Tidak wahai saudariku, jadikanlah semua amal tersebut karena Allah.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Ada seorang laki-laki yang mengunjungi saudaranya di kota lain, maka Allah mengutus malaikat di perjalanannya, ketika malaikat itu bertemu dengannya, malaikat itu bertanya, “Hendak ke mana engkau ?” maka dia pun berkata “Aku ingin mengunjungi saudaraku yang tinggal di kota ini.” Maka malaikat itu kembali bertanya “Apakah engkau memiliki suatu kepentingan yang menguntungkanmu dengannya ?” orang itu pun menjawab: “Tidak, hanya saja aku mengunjunginya karena aku mencintainya karena Allah, malaikat itu pun berkata “Sesungguhnya aku adalah utusan Allah untuk mengabarkan kepadamu bahwa sesungguhnya Allah mencintaimu sebagaimana engkau mencintai saudaramu itu karena-Nya.” (HR. Muslim)
Perhatikanlah hadits ini wahai ukhti, tidaklah orang ini mengunjungi saudaranya tersebut kecuali hanya karena Allah, maka sebagai balasannya, Allah pun mencintai orang tersebut. Tidakkah engkau ingin dicintai oleh Allah wahai ukhti ?
Dalam hadits lain, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah engkau menafkahi keluargamu yang dengan perbuatan tersebut engkau mengharapkan wajah Allah, maka perbuatanmu itu akan diberi pahala oleh Allah, bahkan sampai sesuap makanan yang engkau letakkan di mulut istrimu.” (HR Bukhari Muslim)
Renungkanlah sabda beliau ini wahai ukhti, bahkan “hanya” dengan sesuap makanan yang seorang suami letakkan di mulut istrinya, apabila dilakukan ikhlas karena Allah, maka Allah akan memberinya pahala. Bagaimana pula dengan pengabdianmu terhadap suamimu yang engkau lakukan ikhlas karena Allah ? bukankah itu semua akan mendapat ganjaran dan balasan pahala yang lebih besar? Sungguh merupakan suatu keberuntungan yang amat sangat besar seandainya kita dapat menghadirkan keikhlasan dalam seluruh gerak-gerik kita.
Berkahnya Sebuah Amal yang Kecil Karena Ikhlas
Ukhti muslimah yang semoga dicintai oleh Allah, sesungguhnya yang diwajibkan dalam amal perbuatan kita bukanlah banyaknya amal namun tanpa keikhlasan. Amal yang dinilai kecil di mata manusia, apabila kita melakukannya ikhlas karena Allah, maka Allah akan menerima dan melipat gandakan pahala dari amal perbuatan tersebut. Abdullah bin Mubarak berkata, “Betapa banyak amalan yang kecil menjadi besar karena niat, dan betapa banyak pula amal yang besar menjadi kecil hanya karena niat.”
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Seorang laki-laki melihat dahan pohon di tengah jalan, ia berkata: Demi Allah aku akan singkirkan dahan pohon ini agar tidak mengganggu kaum muslimin, Maka ia pun masuk surga karenanya.” (HR. Muslim)
Lihatlah ukhti, betapa kecilnya amalan yang dia lakukan, namun hal itu sudah cukup bagi dia untuk masuk surga karenanya. Dalam hadits lain Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallambersabda: “Dahulu ada seekor anjing yang berputar-putar mengelilingi sumur, anjing tersebut hampir-hampir mati karena kehausan, kemudian hal tersebut dilihat oleh salah seorang pelacur dari bani israil, ia pun mengisi sepatunya dengan air dari sumur dan memberikan minum kepada anjing tersebut, maka Allah pun mengampuni dosanya.” (HR Bukhari Muslim)
Subhanallah, seorang pelacur diampuni dosanya oleh Allah hanya karena memberi minum seekor anjing, betapa remeh perbuatannya di mata manusia, namun dengan hal itu Allah mengampuni dosa-dosanya. Maka bagaimanakah pula apabila seandainya yang dia tolong adalah seorang muslim ? Dan sebaliknya, wahai ukhti, amal perbuatan yang besar nilainya, seandainya dilakukan tidak ikhlas, maka hal itu tidak akan berfaedah baginya. Dalam sebuah hadits dari Abu Umamah Al Bahili, dia berkata: Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah dan bertanya: “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu tentang seseorang yang berperang untuk mendapatkan pahala dan agar dia disebut-sebut oleh orang lain?” maka Rasulullah pun menjawab: “Dia tidak mendapatkan apa-apa.” Orang itu pun mengulangi pertanyaannya tiga kali, Rasulullah pun menjawab: “Dia tidak mendapatkan apa-apa.” Kemudian beliau berkata: “Sesungguhnya Allah tidak akan menerima suatu amalan kecuali apabila amalan itu dilakukan ikhlas karenanya.” (Hadits Shahih Riwayat Abu Daud dan Nasai). Dalam hadits ini dijelaskan bahwa seseorang yang dia berjihad, suatu amalan yang sangat besar nilainya, namun dia tidak ikhlas dalam amal perbuatannya tersebut, maka dia pun tidak mendapatkan balasan apa-apa.
Buah dari Ikhlas
Untuk mengakhiri pembahasan yang singkat ini, maka kami akan membawakan beberapa buah yang akan didapatkan oleh orang yang ikhlas. Seseorang yang telah beramal ikhlas karena Allah (di samping amal tersebut harus sesuai dengan tuntunan RasulullahShallallahu ‘alaihi wa sallam), maka keikhlasannya tersebut akan mampu mencegah setan untuk menguasai dan menyesatkannya. Allah berfirman tentang perkataan Iblislaknatullah alaihi yang artinya: Iblis menjawab: “Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, Kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlas di antara mereka.” (Qs. Shod: 82-83). Buah lain yang akan didapatkan oleh orang yang ikhlas adalah orang tersebut akan Allah jaga dari perbuatan maksiat dan kejelekan, sebagaimana Allah berfirman tentang Nabi Yusuf yang artinya “Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang ikhlas. “ ( Qs. Yusuf : 24). Pada ayat ini Allah mengisahkan tentang penjagaan Allah terhadap Nabi Yusuf sehingga beliau terhindar dari perbuatan keji, padahal faktor-faktor yang mendorong beliau untuk melakukan perbuatan tersebut sangatlah kuat. Akan tetapi karena Nabi Yusuf termasuk orang-orang yang ikhlas, maka Allah pun menjaganya dari perbuatan maksiat. Oleh karena itu wahai ukhti, apabila kita sering dan berulang kali terjatuh dalam perbuatan kemaksiatan, ketahuilah sesungguhnya hal tersebut diakibatkan minim atau bahkan tidak adanya keikhlasan di dalam diri kita, maka introspeksi diri dan perbaikilah niat kita selama ini, semoga Allah menjaga kita dari segala kemaksiatan dan menjadikan kita termasuk orang-orang yang ikhlas. Amin ya Rabbal alamin.
Artikel www.muslimah.or.id 
***

Sabtu, 08 September 2012

Bersyukurlah Selalu


Makassar siang hari, tiga dua derajat celcius, panas!. Aku menyusuri jalan sambil sesekali menunduk, berusaha menghindarkan wajahku dari panas sinar mentari yang membakar. Deuh... seharusnya aku tidak keluar saat cuaca sepanas ini. Rasanya pengen cepat-cepat sampai rumah. Seorang supir angkutan umum berseru, “Limbung-Takalar..!”. Tertulis di kaca depan mobil merah tersebut “Nanabase”, singkatan dari “Naik naung banngimi seng”, ini kendaraan yang berputar-putar di jalur Makassar-Takalar. Tak ingin lama berpanas-panas, langsung saja aku naik ke angkutan umum itu.
Sepanjang perjalanan pulang aku hanya diam, menyaksikan hiruk-pikuk kota Makassar tengah hari. Kendaraan lalu-lalang, pedagang yang sibuk menjajakan dagangannya, angkutan umum yang sesekali berhenti untuk menaikkan ataupun menurunkan penumpang, dan segala macam toko di pinggir jalan. Perhatianku teralih saat menyaksikan dua orang ibu paruh baya di hadapanku yang berkomunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat. Lama aku memperhatikan mereka, ternyata bukan hanya yang dua orang tadi, tapi masih ada dua orang yang lainnya; seorang ibu yang kutaksir umurnya kira-kira tiga puluh tahunan, di sampingnya duduk seorang laki-laki yang kemungkinan umurnya tidak jauh dari ibu-ibu tadi. Mereka semua berbicara dengan menggunakan bahasa isyarat. Masya Allah.. ternyata keempat-empatnya tunarungu. Mereka asyik berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang hanya dimengerti oleh mereka. Aku tertarik untuk memperhatikan saat mereka menunjuk objek di luar mobil, entah itu suatu bangunan atau apalah, kemudian mereka menggunakan tangan, mimik wajah, dan beberapa macam gerakan yang sama sekali tak kumengerti. Mereka terus saja berkomunikasi satu sama lain, sama sekali tak terganggu dengan dunia luar, tak juga memperdulikanku yang dari tadi memperhatikan mereka, seakan dunia mereka adalah milik mereka sendiri. Melihat mereka, aku bertanya pada diriku sendiri, “tidakkah seharusnya aku bersyukur?”. Aku yang begitu banyak memperoleh nikmat dari Allah, tapi kadang masih saja merasa kekurangan. Maha Suci Allah Yang telah menciptakan makhluk-Nya dengan segala kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Kamis, 06 September 2012

Santai Sejenak


Cinta ooh cinta... selalu saja menjadi topik yang menarik. Berbicara tentang cinta memang tak ada habis-habisnya!. Kayak tadi, saat kami menunggu pukul 9 malam, waktu pulang untuk petugas rumah sakit yang dinas sore. Sambil menunggu berjalannya waktu, mahasiswa-mahasiswa maupun petugas lab melakukan kegiatannya sendiri-sendiri. Teman-temanku: Asti menulis laporan, Bunga cerita-cerita sama Ayu di ruang tunggu lab, Nanda nonton film Korea yang ada di komputer lab.. yang lainnya nggak tau lagi ngapain. Aku sendiri menghitung waktu, menunggu jemputan (Papa tersayang), sambil duduk di antara Asti yang lagi nulis laporan, dan Nanda yang lagi nonton film Korea. Bosan liat jam, ganti liatin Asti yang terus saja sibuk dengan laporannya, trus ganti lagi liatin komputer yang ada di depan Nanda (di depanku juga), jadilah aku juga nonton tuh film. Wuih... temanya kayaknya tentang cinta-cinta lagi nih. Di filmnya diceritakan tentang cinta yang dipendam selama 9 tahun. Hohoho... aku jadi ikut terbawa haru-birunya nih. Sampe filmnya selesai, Papa belum datang-datang juga. Beruntung karena teman-teman magang yang dari UIT ngajakin ngobrol.
“Farah kayak orang Arab pake jilbab begitu. Cantik... cocok mukanya. Mirip... siapa ya? mirip itu yang di filmnya Dalam Mihrab Cinta, atau mirip siapa lagi itu namanya? Mirip Oki, Oki Setiana Dewi.”
Aku menengadah, berpaling dari layar komputer ke arah teman-teman. Trus nyengir kuda (itu kayak bagaimana ya?). hehe... jangan muji gitu dong, langsung besar nih kelapa, eh kepala. Asti sendiri yang dari tadi sibuk menulis melulu, berhenti menulis. Dia menoleh padaku sambil memasang pandangan menggoda. Hahaha... apa liat-liat, Asti? Ada utangku?.
Trus Rahmi, seperti wartawan, mewawancaraiku, “Bagaimana kabar Anda, Mbak Okki?”.
Sambil senyum, aku jawab, “alhamdulillah baik, Mbak”
“dengar-dengar kabar... Anda lagi dekat dengan Furqan ya? (Iryadi Arsyal... cocokmi?... siapa lagi namanya tuh yang perankan Furqan di film KCB? adduh... lupa bela)”.
Aku tertawa. Hahaha.. ada-ada aja nih anak.
“Farah, bagaimana kalau misalkan na tembakki` itu kayak Furqan?”.
“mati dong...”, jawabku.
“bukan tembak begitu, maksudnya menyatakan cinta...”, ku lihat mukanya bertanya, mimiknya lucu!. Hehehe... kayak orang serius. Ku jawab apa ya?. masalahnya untuk soal yang model begini sih belum pernah ku pelajari di sekolah maupun perkuliahan, jadinya gak tau mau jawab apa. Masalah tembak-menembak, jadi keingat masa muda dulu (sok tua niyh). Aku jadi ingat sama pertanyaan itu, “Bagaimana kalau misalkan  natembakki` NNN, Farah?”. Atau pertanyaan teman padaku waktu aku kelas I SMA, “bagaimana kalau mau betulanki Kak RRRRR sama qta`, Farah?”. Itu pertanyaan yang sering dilontarkan teman-teman SMP ataupun teman-teman SMA-ku dulu. Aku dulu sekolah di umum, SMA pun masuk SMA Negeri, kebetulan SMA Unggulan di daerahku. Jadi yaaa gitu deh, agak kena imbas sinetron tuh anak-anak sekolah. SMA-ku punya banyak sekali peraturan, kalo dilanggar, misalkan “datang terlambat”, “tidak mengikuti upacara setiap hari senin”, sampai kepada hal-hal detail seperti “tidak menggunakan topi, dasi, dan atribut selama upacara”, maka yang melanggar akan langsung diberi poin. Terus kalo poinnya sampe 100, maka langsung dikeluarkan dari sekolah. Murid seangkatanku sudah ada yang sampai dikeluarkan. Yaa gitu, dianya bandel, sering bolos, trus kadang tidak menghormati guru, gak tau lagi deh pelanggaran apa.
Sayangnya “Pacaran” tidak termasuk hal yang terlarang di SMA-ku. Namanya juga SMA negeri, beda sama pesantren, yang kalo ada santrinya sampe ketahuan pacaran, langsung dibotak atau dihukum berat-berat, atau mungkin dikeluarkan dari sekolah. SMA-ku yah kayak SMA biasa lainnya, fenomena berdua-duaan, ketemuan, boceng sana bonceng sini bukanlah hal yang luar biasa. Itu sudah sangat lumrah. Hanya orang-orang tertentu yang selamat (dijaga sama Allah mungkin yah). Aku kadang risih sendiri liat teman-teman yang mojok-mojok di belakang atau di sudut kelas, nggak malu apa? Apalagi sama teman yang sudah berkali-kali gonta-ganti pacar. Aku sangat bersyukur karena selamat dari hal-hal yang seperti ini.
Beruntung sekali karena Allah masih menganugrahkan padaku teman-teman yang baik: teman-teman di Rohis (Kerohanian Islam). Awal-awal masuk SMA, ketuanya langsung ngajak kami bergabung. Aku ya ikutlah... tiap pekan Rohis mengadakan kajian keagamaan, aku jadi bisa bareng teman-teman yang baik.
Situasi yang `agak mengganggu`, atau terkadang menggelikan juga adalah saat seorang teman sekelas cowok yang sering memandangiku. Kalo nggak punya kerjaan, biasanya dia akan berdiri di pintu, trus liatin aku terus (kenape? Ada utangku sama situ kah?). Kalo ada dia di pintu, aku jadi malas keluar kelas. Malas berhadapan sama tuh orang kurang kerjaan. Parahnya lagi kalo dia merasa nggak dipedulikan, dianya malah pergi ambil kursi trus duduk di depanku. Waah... kasian nih satu bocah, begini memang kalo nggak ada yang bimbing kasian. Hidup tak tentu arah, godain cewek nomor satu, giliran pelajaran... nomor satu juga, tapi dari belakang. Eh, tidakji towwa... tidak sampeji nomor satu dari belakang. Oh iya... untung tamengku kuat!. Aku mana berani macam-macam, Babe galak banget!. Kalau ketahuan berani macam-macam sama cowok, pokoknya siap-siap aja. Gak bakalan liat matahari esok. Pokoknya ngeri deh!. Untungnya Allah selalu menemaniku, membimbingku, menerangi hari-hariku. Prestasi sekolah adalah prioritas utama. Jangan sekolah kalo nggak berprestasi. Kayak sekarang juga, jangan kuliah kalo nggak sukses!.
Di sampingku, Asti masih berkutat dengan laporannya. Itu laporan selama dua minggu yang baru dikerja gara-gara buku laporannya dipinjam, baru dikembalikan sama teman. Nanda kembali membuka-buka file di komputer. Aku sendiri jadi penunggu setia. Bapak lama banget niyh... jangan-jangan lupa kalo di sini seorang puterinya menunggu kasian. Ku ambil bukuku, dan kuselesaikan laporan yang sisa satu halaman. Rahmi, teman dari UIT, ngajakin ngobrol.
“Saya toh senang sekali liatin Farah. Semakin diliat semakin menyenangkan. Beda sama Narti, semakin kuliati semakin mengantukka`”, asli bercanda niyh. Kami tertawa. Aku membela Narti, “masa` itu Narti nakasi` begituki`?”. Narti, berasal dari kampus yang sama dengan Rahmi, hanya tersenyum dan mengiyakan saja. Ambilmi beng.
Rahmi bertanya lagi, “Farah sejak kapan pakai jilbab besar?”
“Sejak pertama kuliah”
“bagaimana rasanya itu? Kenapa memutuskanki untuk berjilbab besar?”
Wow... kemarin juga waktu kami jalan bareng ke bangsal perawatan buat ambil sampel. Asti berkata padaku, “Ku suka sekali liat orang pake jilbab besar. Nanti saya maujaka juga pake. Tapi mau kukasi mantap dulu hatiku bela, soalnya saya gerak-gerikku masih tomboy sekali”.
Aku hanya tersenyum mendengarnya. Aku terharu. Ya Allah... berikan hidayah-Mu kepada saudariku ini. Berikan hidayah-Mu kepada kami semua... Wahai Yang Maha Membolak-balikkan hati, tetapkan hati kami di atas agama-Mu.. amin ya Rabb.
Aku menjawab pertanyaan Rahmi tadi, “hmm... bagaimana ya? untuk lebih menjaga diri saja. Waktu SMA dulu sempat ada beberapa teman cowok yang terfitnah (istilah lainnya naksir), dari sana ngambil pelajaran. Harus lebih menjaga diri niyh. Seorang perempuan, bagaimanapun akan selalu dilihat indah oleh laki-laki. Biar lagi itu tidak terlalu cantikji. Tapi syetan memang pintar menghias wanita itu, dijadikan indah pada pandangan laki-laki... trus pernahka juga baca ayat Al-Qur`an tentang perintah mengulurkan jilbab ke dada, itu artinya jilbab harus menutupi dada, tidak hanya batas leher. Dan memang dari bentuk tubuh saja, wanita sudah beda dengan pria kan? Bisa menggoda begitu kayaknya”. Bagaimanakah istilahnya yang benar? bingungka` juga bagaimana jelaskanki. wah, jadi malu niyh, kayak ustadzahka` saja. Soalnya yang mendengarkan juga masih pasang muka serius. Masih banyak lagi percakapan kami setelahnya. Rahmi juga sempat bertanya,
“deh... Farah. Cocokki` qta` sama orang kayak Furqan atau Dude`. Maujaki? Mauki ku kasi` kenal sama ustad?” hah?! Waduh?!.
Asti yang duduk di sampingku nyeletuk, “eh, tidak boleh. Sudahmi itu kupesan Farah sama kakakku saja. Ada kakakku cowok”. Wow... kenapa tong ini Asti na ada di sampingku saat cerita begituan? Matimija orang digodain kalo begini...
Asti, “iya, sudah kujodohkan itu sama kakakku gang. Kakakku di keperawatanki. Cocokji toh sama-sama di kesehatan?”.
Aku hanya garuk-garuk kepala, tidak gatal sebenarnya, tapi gak tau mau bilang apa. Hadouh... ini Asti kambuh lagi.
Tidak lama begitu teman yang lain, Ayu, masuk ke lab, mengajak kami pulang, “ayomi pulang, teman-teman. Datangmi yang dinas malam”.
Asti mengajakku pulang. Di antara semua mahasiswa magang di RSUD, dia memang yang paling akrab denganku. “ayo`mi pulang, Farah... datangmi bapakku?”.
Aku protes, “ihh gang... bapakku!”.
Asti juga bersikeras, “bapaknya kakakku, berarti bapakku juga”
Rahmi menengahi, “kan sudah ditakdirkanmi toh bilang orang baik itu berjodoh sama orang baik”
Asti kumat lagi, ”berarti kakakku orang baik dong? Karena orang baik juga nadapat”. Teman-teman yang lain cuma tertawa. Sebagian menimpali, “ooo.. jadi Farah sama kakaknya Asti niyh ceritanya, biasaji iyya memang begitu... hehehe”. Aku hanya menggeleng sambil berkata, “Tidak... sembarang tong itu Asti..”. Asti memang orangnya suka bercanda, jadi aku tahu itu 100% hanya main-main.
Wah, Asti masih kurang kerjaan tuh, dia berkata lagi, “pokoknya sudahmi kujodohkan. Jadi nanti kalo datang kakakku langsung mami kutarik. Farah orang Limbungji toh? Gampangmi itu. Farah, pulang duluanka` nah. Salamku sama bapak..! Assalamu`alaikum”.
“Wa`alaikumsalam warahmatullah..”, aku masih hendak protes.  Sayangnya dia sudah keburu menghilang, meninggalkan aku yang masih diam di kursi tunggu depan lab. Belum beranjak sedikitpun. Hingga yang ditunggu akhirnya datang juga. Sepanjang perjalanan pulang aku merenung, ahh... Farah.. Farah... Tulang rusuk tak akan pernah tertukar!.

Rabu, 22 Agustus 2012

Kisah Putra Raja dan Cincin Permata


Mengabarkan kepadaku Muhammad bin Al Husain aku mendengar Abu Bakar bin Abi Thayyib berkata, telah sampai kepadaku dari Abdullah bin Faraj (beliau seorang ahli ibadah) yang berkata: Aku membutuhkan seorang kuli yang akan bekerja untukku, maka aku pergi ke pasar melihat-lihat kuli.

Tiba-tiba di bagian akhir aku melihat seorang remaja berkulit kuning langsat tangannya membawa bungkusan besar. Dia lewat dengan mengenakan jubah serta kain dari bulu domba kasar.

Aku berkata padanya, “Kamu mau kerja juga?”

Dia menjawab, “Iya.”

Aku katakan, “Berapa upah yang kamu minta?”

Dia menjawab, “Satu dirham dan satu daniq (total tujuh daniq).”

Aku katakan, “Berdirilah, dan bekerja padaku.”

Dia berkata, “Dengan satu syarat.”

Aku katakan, “Apa itu?”

Dia menjawab, “Jika telah datang waktu dzuhur aku akan keluar wudhu shalat kemudian kembali bekerja, dan jika datang waktu asar demikian pula.”

Aku katakan, “Ya.”

Kemudian ia mengikuti aku sampai rumah dan aku perintahkan untuk mengangkut barang dari satu tempat ke tempat lain. Ia pun mengencangkan tali pinggang dan bekerja serta tidak berbicara sepatah kata pun sampai tiba waktu dzuhur dan berkata kepadaku, “Wahai Abdullah, muadzin telah mengumandangkan adzan dzuhur.”

Aku menjawab, “Terserah engkau saja.”

Kemudian dia keluar shalat dan kembali bekerja dengan giat sampai ketika telah tiba waktu asar, ia berkata lagi kepadaku, “Wahai Abdullah, muadzin telah mengumandangkan adzan asar.”

Aku menjawab, “Terserah engkau saja.”

Kemudian ia keluar shalat asar dan kembali bekerja sampai senja hari. Aku pun memberikan upahnya dan ia bergegas pulang.

Sampai setelah beberapa hari setelahnya aku membutuhkan kuli kembali, maka istriku berkata kepadaku, “Suruh saja kuli muda yang kemarin itu, karena ia bekerja dengan sangat bagus!”

Aku pun mendatangi pasar akan tetapi aku tidak melihat remaja itu. Lantas aku bertanya pada orang-orang dan mereka menjawab, “Kamu bertanya tentang remaja kuning langsat yang tidak muncul kecuali pada hari sabtu saja dan ia senantiasa duduk sendirian di bagian belakang.”

Aku pun pulang dan kembali ke pasar pada hari sabtu, aku mendapatinya dan bertanya kepadanya, “Kamu mau bekerja lagi?”

Dia menjawab, “Kamu telah mengetahui upah serta syarat yang aku ajukan.”

Aku berkata, “Aku memohon petunjuk Allah.”

Ia pun bangkit dan bekerja dengan baik sebagaimana waktu yang lalu. Ketika ia telah selesai dari pekerjaannya, aku memberikan upah dan menambahinya, akan tetapi ia tidak mau menerima tambahan upah tersebut. Aku pun membujuknya agar mau menerimanya. Akan tetapi ia justru marah dan meninggalkanku sendirian.

Aku merasa sedih karenanya dan berusaha menyusulnya. Aku berhasil menyusulnya dan membujuknya, akhirnya ia mau mengambil upahnya saja dengan tanpa tambahan.

Setelah berlalu beberapa waktu lamanya, aku membutuhkan kuli lagi, maka aku menunggu sampai tiba hari sabtu, akan tetapi aku tidak mendapati remaja tadi di pasar. Aku lantas bertanya pada orang-orang tentang keadaannya. Dikatakan kepadaku bahwa remaja itu sakit.

Ada seseorang yang memberikan kabar mengenai keadaan remaja tadi bahwa ia bekerja dari hari sabtu ke hari sabtu yang lain, dan ia makan setiap harinya dengan satu daniq dan ia sekarang sakit (maknanya ia hanya bekerja satu hari saja dan mendapatkan tujuh daniq, setiap harinya ia gunakan satu daniq untuk makan, sisa hari yang lain yakni 6 hari ia gunakan untuk belajar agama).

Aku pun bertanya tentang lokasi rumahnya dan mendatanginya, rupanya ia tinggal di rumah seorang nenek tua. Aku bertanya pada nenek tadi, “Apakah di sini tinggal seorang remaja yang bekerja sebagai kuli?”

Nenek tua tadi menjawab, “Ia sakit sejak beberapa hari yang lalu.”

Aku kemudian masuk menemuinya, ia benar-benar sakit dan di bawah kepalanya terdapat batu bata sebagai bantal. Aku mengucapkan salam padanya dan berkata, “Apakah engkau membutuhkan bantuan?”

Ia menjawab, “Iya, jika tidak merepotkanmu.”

Aku berkata, “Tidak merepotkan insya Allah.”

Ia berkata, “Apabila aku mati nanti maka juallah ini, dan cucilah jubahku serta kain bulu kambing ini kemudian kafanilah aku dengannya! Bukalah saku jubahku karena di dalamnya ada sebuah cincin, ambillah cincin itu kemudian perhatikanlah kapan Harun Ar Rasyid lewat di suatu jalan, dan berdirilah di lokasi yang memungkinkan bagi dia untuk melihatmu. Panggilah ia dan perlihatkan cincin itu maka ia akan memanggilmu. Setelah itu serahkanlah cincin itu kepadanya! Dan jangan kamu melakukan semua ini kecuali setelah aku mati.”

Aku menjawab, “Ya.”

Setelah ia meninggal dunia aku melaksanakan apa yang ia perintahkan, dan aku memperhatikan hari di mana Harun Ar Rasyid lewat di suatu jalan. Aku pun duduk di pinggir jalan, ketika ia lewat aku memanggilnya, “Wahai amirul mukminin aku memiliki titipan untuk engkau”, sambil aku memperlihatkan cincin permata.

Ia pun memerintahkan untuk membawaku bersamanya, ketika ia memasuki rumahnya ia menyuruh orang yang bersamanya agar keluar lantas bertanya kepadaku, “Siapa engkau ini?”

Aku menjawab, “Abdullah bin Al Faraj.”

Ia bertanya lagi, “Cincin ini dari mana engkau mendapatkannya?”

Kemudian aku menceritakan kisah remaja yang aku temui. Tiba-tiba ia berlinangan air mata dan menangis terisak-isak sampai aku merasa iba kepadanya.

Setelah ia agak tenang aku bertanya kepadanya, “Wahai amirul mukminin, siapakah remaja itu sebenarnya?”

Ia menjawab, “Ia adalah anakku.”

Aku bertanya kembali, “Bagaimana hal ini bisa terjadi?”

Ia menjawab, “Ia dilahirkan sebelum aku menjabat sebagai khalifah, dan ia tumbuh menjadi anak yang shalih, ia menghafal al Qur’an dan mempelajari ilmu syar’i. Ketika aku diangkat menjadi khalifah ia meninggalkan aku dan tidak mau menikmati harta dunia yang aku miliki sedikit pun juga. Maka aku menyerahkan cincin ini kepada ibunya, ia adalah permata yang sangat mahal harganya. Aku berkata kepada ibunya, serahkan cincin ini kepada anak kita dan mintalah agar ia membawanya agar ia bisa memanfaatkannya suatu hari kelak. Ia adalah seorang anak yang sangat berbakti kepada ibunya. Semenjak ibunya meninggal aku tidak pernah lagi mendengar kabarnya kecuali kabar yang telah engkau sampaikan kepadaku.”

Kemudian Harun Ar Rasyid berkata lagi kepadaku, “Malam ini keluarlah bersamaku menuju kuburan anakku.”

Ketika malam telah tiba ia keluar bersamaku menuju kuburan anaknya, manakala kami sampai di kuburan anaknya ia duduk di samping kuburan dan menangis terisak-isak, sampai ketika fajar telah terbit kami bangun dan kembali lagi.

Harun Ar Rasyid berkata kembali, “Berjanjilah kepadaku untuk senantiasa menemaniku setiap malam untuk berziarah ke kuburan anakku!”

Aku pun berjanji untuk senantiasa menemaninya berziarah setiap malam.

Berkata Abdullah bin Al Faraj, “Aku sungguh tidak mengetahui bahwa remaja itu anak khalifah sampai Harun Ar Rasyid memberitahuku.”

Berkata Abu Bakar Muhammad bin Al Husain, “Dan sungguh telah mengabarkan kepadaku Abu Abdillah bin Mikhlad Al Athar tentang berita Abdullah bin Al Faraj di dalamnya disebutkan riwayat ini dan disebutkan pula bahwa Harun Ar Rasyid kemudian menawarkan harta yang sangat banyak kepadanya akan tetapi ia menolaknya.

Abu Bakar juga mengatakan bahwa ketika Abdullah bin Al Faraj meninggal dunia istrinya tidak memberitahukan kematiannya kepada saudara-saudaranya Abdullah yang duduk-duduk di depan pintu menunggu untuk diijinkan masuk rumah. Kemudian ia memandikannya dan mengkafaninya dengan kain kisa’ miliknya lalu menuju pintu dan menutup dirinya lalu mengatakan kepada saudara-saudara Abdullah, “Abdullah telah mati dan aku telah selesai dari menyipkan jenazahnya.”

Saudara-saudaranya lantas masuk dan membawa jenazahnya menuju kuburan dan istrinya menutup pintu dari belakang mereka. (Saudara-saudara Abdullah tidak bisa melihat istri Abdullah).

[Dialihbahasakan secara bebas oleh Abul Aswad Al-Bayaty dari Ghuroba’ minal Mukminin: 41 karya Al Imam Al Aajurry rahimahullahu ta’ala, Maktabah Syamilah]



Beasiswa DataPrint

Assalamu`alaikum... How are you, Brother and Sister?
Ada info menarik niyh...
Tahun ini, DataPrint kembali membuka program beasiswa bagi 700 orang pelajar dan mahasiswa. Program beasiswa dibagi dalam dua periode. Tidak ada sistem kuota berdasarkan daerah dan atau sekolah/perguruan tinggi. Hal ini bertujuan agar beasiswa dapat diterima secara merata bagi seluruh pengguna DataPrint.  Beasiswa terbagi dalam tiga nominal yaitu Rp 250 ribu, Rp 500 ribu dan Rp 1 juta. Dana beasiswa akan diberikan satu kali bagi peserta yang lolos penilaian. Aspek penilaian berdasarkan dari essay, prestasi dan keaktifan peserta.
Beasiswa yang dibagikan diharapkan dapat meringankan biaya pendidikan sekaligus mendorong penerima beasiswa untuk lebih berprestasi. Jadi, segera daftarkan diri kamu di sini!
PERIODE
JUMLAH PENERIMA BEASISWA
@ Rp 1.000.000
@ Rp 500.000
@ Rp 250.000
Periode 1
50 orang
50 orang
250 orang
Periode 2
50 orang
50 orang
250 orang

Persyaratan Umum:
1.  Pelajar/mahasiswa aktif dari tingkat SMP hingga perguruan tinggi untuk jenjang D3/S1
2.  Terlibat aktif di kegiatan atau organisasi sekolah/perguruan tinggi
3.  Tidak terlibat narkoba atau pernah melakukan tindak kriminal
4. Tidak sedang menerima beasiswa dari perusahaan lain. Jika saat ini peserta masih menerima beasiswa dari kampus, peserta berhak mengikuti pendaftaran beasiswa dari DataPrint.

Peraturan Lomba :
1.  Mengisi formulir registrasi di kolom Pendaftaran
2. Satu nomor kupon yang terdapat di dalam produk DataPrint, hanya berlaku untuk satu kali registrasi
3.  Pendaftaran tidak dipungut biaya
4.  ...............................
Untuk info selengkapnya silahkan buka peraturan beasiswa data print

Naahhh, jika anda menang maka anda akan menyediakan ini :

Syarat & ketentuan penerimaan hadiah:
- tulis nama, no telpon yang bisa dihubungi, email dan nominal hadiah
- fotokopi kartu pelajar/ kartu tanda mahasiswa
- fotokopi raport / transkrip nilai
- fotokopi sertifikat / piagam seperti yang ditulis di formulir pendaftaran
- kupon asli
- fotokopi buku rekening yang memuat nama dan no rekening (bukan fotokopi buku tabungan secara keseluruhan)
- jika menggunakan rekening orang tua, harap sertakan fotokopi akta kelahiran peserta
- jika menggunakan rekening saudara atau teman, sertakan surat kuasa bermaterai

Untuk lebih jelasnya tentang itu, silahkan buka syarat penerimaan beasiswa
Oke, Teman-teman... silahkan kunjungi juga:  website DataPrint www.dataprint.co.id , page Facebook DataPrint www.dataprint.co.id/facebook dan www.beasiswadataprint.com .

Ayo... Fastabiqul khairat, teman-teman...! J
You`re what you think. If you think that you can, you can!.

Di Sudut Bilalang, Lahir Para Generasi Qur`ani


Aku malu. Sungguh aku malu pada diriku sendiri. Apa kehebatanmu sehingga harus membuatmu berbangga diri, hah?. Seberapa pantaskah kau tuk ku banggakan?. Sungguh aku malu.
Ramadhan adalah bulan istimewa. Selalu memiliki kesan istimewa bagiku. Seperti Ramadhan-ramadhan yang telah lalu, demikian pula dengan Ramadhan tahun ini. Masjid Babul Haq, masjid kesayanganku, semakin indah. Baru saja direnovasi, sekarang sudah berlantai dua. Temboknya dicat krem, kesannya kayak di Tahfizh, salah satu pondok penghafal Al-Qur`an yang pernah ku tempati menginap. Kami (makmum yang perempuan) shalat di lantai dua. Dan ada yang lebih istimewa, imamnya itu loh. Imamnya hafizh 30 juz, masya Allah. Dia hafal Al-Qur`an saat SMA, umurnya hanya 2 tahun lebih tua dariku. Ya Allah... aku iri.. Yassir namanya. Aku pernah mendengar tentangnya. Yang ku tahu, dia orang hebat. Telah hafal Al-Qur`an setamat SMA, setelah itu dia lanjut ke Pesantren Ar-Royyah di Jawa. Di sana memantapkan bahasa Arab dan hafalan Qur`an-nya. Dia termasuk siswa jempolan di sana, menguasai qiro`ah sab`ah, dan sudah pernah naik haji atas biaya pesantren. Ramadhan kali ini, dia yang jadi imamnya di masjid kampungku. Bahagianya lagi, kakaknya menikah dengan saudariku. Jadinya hubungan kami jadi keluarga dekaaat sekali. Jadi di keluargaku yang sudah hafal Al-Quran 30 juz ada banyak: Ruqayyah, Ullah, Yassir. Nanti insya Allah menyusul Yusran, Firah, mungkin juga Kaltsum (semoga mereka diberi keteguhan hati oleh Allah). Ya Allah... aku kaaapaann??? Kapan giliranku?? Aku pun ingin, ya Rabb.. T.T 
Di Ramadhan kali ini aku banyak berdoa. Semoga Allah memudahkan diriku dalam menghafal kitab-Nya, memberiku karunia berupa hafalan Al-Qur`an 30 juz, menghiasi akhlakku dengan Al-Qur`an, dan kalau boleh, aku juga minta pada Allah semoga dia memberiku teman hidup yang cinta Al-Qur`an, hafal Al-Qur`an, dan dihiasi akhlaknya dengan Al-Qur`an. Ya Allah... aku memang tidak sempurna, aku memang punya banyak kekurangan, tapi ku tahu rahmat-Mu begitu luas.. ku mohon kabulkan doa-doaku, Ya Rabb...
Lebaran tahun ini istimewa. Setelah pernikahan Ruqayyah, jadinya kami bisa jalan-jalan ke Sinjai. Wuih... orang Gowa menikah dengan orang Sinjai, mantap euy!. Apalagi dua-duanya hafal Qur`an. Ya Allah... sungguh aku iri... aku pun ingin menjadi hafizhah, bukan sekedar gelar, tapi betul-betul menjadi seorang yang pribadinya dihiasi dengan cahaya Al-Qur`an. Ya Allah, ku mohon perteguh jiwaku dengan Al-Qur`an, kuatkan selalu kecintaanku pada Qur`an...
Oh ya, aku mau cerita niyh. Abis lebaran kemarin, kami langsung meluncur ke Sinjai. Termasuk Sang Imam, Yassir. Lho, koq dia ikut?. Ya iyalah, dia kan bagian dari keluarga kami. Kami satu mobil bareng-bareng ke Sinjai. Bapak, Mama, aku, Kaltsum, Zainab, Lathifah, Ahmad, Ruqayyah, Kak Ullah, dan Yassir. Bahagianya bisa bersama dengan mereka. Adik-adikku banyak bicara di mobil. Keberadaan mereka menjadikan suasana mobil tak pernah sepi. Ada saja celoteh mereka yang membuat suasana mobil jadi heboh. Eh, ternyata Yassir juga ikut-ikutan ketawa loh... ternyata seorang hafizh Al-Qur`an 30 juz juga bisa tertawa.. hehe.. hadouh.. mereka kan juga manusia. Iki piye toh.. tapi tetap aja mereka kalem. Para hafizh dan hafizhah itu: kak Ullah, Ruqayyah, dan Yassir. Sungguh aku iri pada mereka. Iriiii sekaaliii...!!!.
Sampai di Sinjai, kami salam-salaman, trus makan-makan, tidak lupa jalan-jalan. Saat baru tiba, ku lihat Yassir mencium tangan ibunya dengan takzim, lalu mencium kening ibunya. Suasana pertemuan seorang ibu dengan putranya yang jauh dari rantau, yang telah menghabiskan 4 tahun di pulau seberang demi menuntut ilmu Al-qur`an, putera yang telah lama dirindukan. Duhh... hatiku langsung luluh melihat situasi ini. Rasanya ingin menangis... aku kagum dengan keluarga ini. Keluarga yang telah melahirkan generasi-generasi Qur`ani. Sulit menemukan keluarga yang seperti ini. Keluarga dengan putera-puteri yang hafal A-Qur`an. Entah bagaimana Ayah dan ibu mereka mendidik anak-anaknya. Jelas peran orangtua sangat penting di sini. Buah tak jatuh jauh dari pohonnya. Pak Massiara dan isterinya betul-betul pendidik yang berhasil, masya Allah. Sangat wajar orangtua yang hebat melahirkan generasi-generasi luar biasa seperti Kak Ullah, Yassir, Kak Ana, dan saudara-saudaranya. Kerendahan hati mereka semakin membuatku kagum, membuatku merasa malu pada diriku sendiri. Kami bercerita tentang kejuaraan-kejuaraan tingkat nasional yang pernah mereka ikuti. Musabaqah di berbagai kota telah mereka taklukkan. Tak tampak sama sekali keangkuhan di wajah-wajah mereka. Yang ada hanyalah ketenangan dan ketawadhu`an (kerendahan hati). Mendengar kisah-kisah mereka membuatku merasa semakin tak ada apa-apanya. Kejuaraan MTQ yang pernah ku menangi di tingkat kabupaten, jauh tak sebanding dengan Kak Ullah bersaudara yang sudah sering menang di tingkat nasional. Tambah lagi mereka tak pernah berbangga diri. Hal ini terlihat saat kedatangan kami disambut hangat di Sinjai. Aku sangat bersyukur Ruqayyah menikah dengan Kak Ullah. Aku jadi bisa selalu dekat dengan orang-orang hebat seperti mereka, para generasi Qur`ani itu. meski kadang aku malu pada diriku sendiri, sudah cukup rasanya bagiku bisa dekat dengan mereka, belajar banyak dari kehidupan mereka. Aku akan terus belajar. Thanks, God...
***

Kemarin, ku utarakan niatku pada Ruqayyah, mama, dan bapak.
“Lulus dari Analis Poltekkes, aku mau masuk pondok Tahfidzul Qur`an.”.
Ku kira mereka akan mendukungku. Lha, ternyata ketiga-tiganya kompak tidak setuju. Kak Ullah juga, katanya khawatir nanti aku melupakan ilmu-ilmu yang telah ku pelajari di Poltekkes. Kata bapak lagi, aku tetap bisa menghafal di luar. Yaah,, kan beda. Haddouuh... aku bingung, ya Allah. Ku mohon mudahkan aku. Terangi hatiku dengan Al-Qur`an, ku mohon...




Selasa, 07 Agustus 2012

Rabu, 13 Juni 2012

Hidup Harus Menerima dengan Penerimaan yang Indah


Saat merapikan buku-buku, tak sengaja kutemukan buku bersampul biru itu; buku harianku. Ku buka lembar demi lembar. Mataku berhenti di sebuah tulisan. Tulisan yang kutulis dua tahun lalu, saat aku kelas tiga SMA. Waktu itu umurku tujuh belas tahun.
“Assalamu`alaikum, tidaklah seorang diuji melebihi batas kemampuannya.. kamu harus berjuang dan berusaha keras mendapatkan kebaikan yang kamu inginkan.. keraguan itu datangnya dari syaithan yang menjauhkan manusia dari kebaikan.. ikutilah hati nuranimu, mudah-mudahan Allah selalu memberkahi dan memudahkan jalanmu. Amin.”
Sebuah pesan dari seorang seniorku di SMA. Di bawah tulisan itu ku tulis namanya dengan terang. Salah satu motivatorku. Saat itu ia tengah belajar di Institut Teknologi Telkom, Bandung. Sekarang.. sepertinya dia sebentar lagi lulus. Setelah itu mungkin akan langsung lanjut S2. Good Luck, Senior..
 Ku temukan pula tulisan lain di bukuku;
Assalamualaikum. Fatimah, besok ikutko Grafik?. Ahkam
Grafik, lupa apa kepanjangannya. Semacam lomba matematika begitu. Huwaaa.... ku ingat lagi kenangan-kenangan itu.. Kenangan yang sangaaaaat menyenangkan!. Selama sekolah di SMABA, moment paling menyenangkan adalah ikut lomba bareng teman-teman. Berpacu, saling berebut untuk berada di daftar teratas peserta yang lolos ke babak selanjutnya. Huhuhu... aku rindu mereka. Rindu kak Nurul, kak Rachma, kak Husnul, kak Ahkam, juga partnerku si Anno. Entah bagaimana kabarnya mereka semua sekarang. Yang jelas, sedang berusaha menapaki tangga kesuksesan. Mereka semua adalah orang-orang dengan motivasi yang tinggi untuk sukses. Senang rasanya saat berada dekat dengan mereka. Aku rindu berkumpul bersama mereka, memecahkan soal-soal Matematika. Heran juga mengapa aku bisa terdampar ke klub itu, MATRICS. Mathematic Training Club of SMABA. Padahal sebenarnya otakku sering laloud (lambat louding) kalau ketemu soal Matematika loh! (hadouuh.. paayah!).
Untuk urusan ini, kak Husnul selalu membesar-besarkan hatiku agar tak putus asa. Dia sering mengatakan, “Fatimah itu memang kadang lama mengerti.. tapi kalau sudah mengertimi, lama sekali baru hilang towwa..”. dan setelah itu dia akan dengan sabar menjelaskan soal-soal yang kutanyakan padanya. 
Di antara teman-teman, kak Husnul yang paling cerewet plus paling humoris. Ada-ada saja tingkah ataupun ucapannya yang bisa membuat kami tertawa. Mungkin begitu yah memang karakternya anak kedua. Hidup tanpa beban.. J. Selain cerewet, dia juga yang paling “rakus”. Entah itu rakus sama soal-soal, ataupun rakus saat makan. Kalau makan selalu yang paling cepat!. Pantasan tuh kak Husnul selalu ceria.. energinya selalu full!. Hehehe... Kalau kak Husnul sih sahabat Matematika-ku sejak SMP. Dia itu kalo cerita selalu semangat. Bahkan dulu (waktu SMP) sering nakandatto` poeng kepalaku.. addeeh.. Mentang-mentang dia lebih tinggi.. seenaknya aja main kandatto`-kandatto`. Sayangnya saat itu aku tak pernah bisa membalas kecuali dengan kalimat protes sambil alis berkerut-kerut, soalnya kepalanya sulit dijangkau.
Aku terus membaca. Kutemukan pesan lain:
Jangan pernah memikirkan kesempatan kedua kalo bisa meraih yang pertama. Kalo bisa janganmako fikir jurusan lain selain kedokteran. Harus fokus sama tujuan utama.. waktu yang kita butuhkan lebih banyak dari waktu yang tersedia, Fatimah.
Kedokteran? Yah, itu salah satu impianku dulu. Tapi hidup harus menerima, dengan penerimaan yang indah. Termasuk untuk mimpi yang tak tercapai. Sekarang, waktunya menatap ke depan. Merajut kembali mimpi yang sempat rubuh. Untuk hidup yang lebih baik.. optimislah, Fatimah!.
Aku masih terus membaca. Bertemu pesan yang bagiku sangat bermakna, karena betul-betul menyentuh relung jiwaku.
“Sebenarnya, dulu waktu smp mauka masuk ITB, tapi waktu kelas 1 SMA kak syamsul luluski di ITT, jadi kutanya2mi, ternyata bagus jugaji di ITT, jadi ITT oriented gaya belajarku.. Sebenarnya kalo cita2 fatimah i2 berubah2,, cobako waktu kecil ditanya cita2mu mau jadi apa, mungkin bukan jadi dokter, tapi setelah dewasa, tau banyak hal akhirnya mau skaliko jadi dokter,, sebenarnya cita2mu itu bukan dokter,, tapi apa yang melatarbelakangi fatimah mau jadi dokter itu sebenarnya cita2 fatimah,, jadi jangan sampai karna tidak jadi dokter fatimah lupa sama tujuan fatimah,, mungkin tujuan fatimah "ingin membantu sesama" bisa dicapai dengan berbagai cara, bukan hanya jadi dokter,, dan ingat selalu Allah,,
Allah punya cara yang indah untuk membuat hamba2nya terseyum bahagia,, kalo cita2 fatimah belum sama dengan yang diinginkan Allah, maka la tahzan, innallaha ma'anaa.. Nanti kuceritakan seniorku yang ditolak di kedokteran (bukan karna tidak lulus loh..) karna buta warna dan beliau jadi apa sekarang..
Note : sbnarnya cita2ku bukan ITT,, tapi saya mau ikut lomba tingkat internasional,, jadi mencoba menuntut ilmu di jawa,, sekarang lagi berusaha mencari jalan,, insya Allah...”. 
Yaa Rabb.. Engkau yang mengetahui seluruh mimpiku. Engkau yang pada-Mu ku gantungkan seluruh harapku. Ku tahu Engkau tak pernah mengecewakanku. Tak akan pernah. You are always The Best for me.