Edisi Curhat

Apa cita-citaku? Cita-citaku itu buaaanyaaak sokaalee..!. waktu kecil pernah mau jadi guru, jadi dosen, jadi dokter, jadi dokter gigi, de el el. Trus mau jadi juara kelas, mau tau naik sepeda, mau tau naik motor, dsb. Mau kuliah di Kesehatan, mau dapat beasiswa, mau tinggal di Malino, mau jalan-jalan ke Jepang, mau menikmati Hanami (itu looh.. pada musim semi, duduk-duduk di bawah pohon bunga Sakura,  menikmati bunga Sakura yang jatuh berguguran. Hanya setahun sekali). Oke, itu cita-cita di bidang keduniaan. Masih banyak lagi yang lain. 
Trus cita-cita di bidang akhirat? Aku mau memperbaiki akhlakku, mau memperbaiki hablun minallah wa hablun minannaas (hubungan kepada Allah dan hubungan kepada manusia), aku juga ingin hafal Qur`an 30 juz, mau hafal banyak hadits, daan... tentu saja mau masuk Syurga Firdaus!. Aammiin...!.
Oh iya, aku juga pernah bercita-cita mau jadi penulis!. Dan aku memang seorang penulis.. penulis diary maksudnya.. hohoho.. >_<
Oke. Kalau memang mau jadi penulis, menulislah dari sekarang!. Buktikan!.
____________________________________________

YOU'RE WHAT YOU THINK!.


Terbayang kembali kehidupanku beberapa bulan yang telah lewat. Betapa Allah selalu memudahkanku. Memudahkan seluruh lini kehidupanku.
Saat hpku rusak karena kehujanan, beberapa bulan aku tak memiliki hp. Beberapa bulan aku bersabar tak berkomunikasi dengan teman-temanku lewat handphone. Aku pun mengadu pada-Nya. Di saat yang sama, ayahku berjanji padaku jika nilai ujianku sempurna, dia akan memberiku uang pembeli handphone.  Hingga suatu saat, detik-detik ujian semester. Dibarengi usaha, aku mohon penuh harap pada-Nya agar memberiku nilai sempurna. Dan... Dia selalu mengabulkan permohonanku!. Aku keluar sebagai peraih nilai tertinggi dengan nilai sempurna!. Alhamdulillah... hanya bagi Allah segala puja dan puji. Saat aku mengadu pada-Nya butuh komputer untuk mengerjakan tugas-tugas kampus, Dia tidak tinggal diam. Ya, Dia-lah Zat yang tidak mengantuk dan tidak pula tidur. Aku yakin pada-Nya. Sepertiga malam terakhir, ku tengadahkan tanganku ke langit, memohon pada-Nya dengan penuh harap. Ku ceritakan semua keluh kesahku pada-Nya. Dan benar, Dia selalu mendengar doa hamba-hamba yang memohon pada-Nya. Tak lama kemudian nenekku menghadiahkanku laptop mungil berwarna biru laut dalam. Duh... bahagianya aku. Masih ku ingat saat aku menerima bungkusan dan membukanya langsung, saat itu juga aku memiliki sebuah laptop mungil biru laut. Dalam hati aku berjanji akan menjaganya baik-baik. Di hari yang sama, pamanku mengirimiku hadiah handphone baru langsung datang dari Banjarmasin!. Betapa aku terharu melihat dua barang itu di tanganku. Jawaban langsung dari Allah atas doa-doaku. Ayahku pun tak lupa menunaikan janjinya, meskipun pada akhirnya ku alokasikan untuk keperluan lain karena saat itu aku sudah punya handphone hadiah dari pamanku.
Saat aku mengeluh pada-Nya sering kekurangan uang, Dia tidak pernah mengabaikanku. Kalau mengandalkan uang pemberian mama, kadang tak cukup. Usaha! Aku mulai dari yang gampang; jual pulsa. Karena barangnya ringan dibawa ke mana-mana, konsumen ada di mana-mana, dan bisa dari modal kecil. Dapat untung tiap pekan, lumayanlah buat tambahan uang belanja hari-hari. Plus dapat bonus tiap bulan karena aku mendaftarkan beberapa temanku menjadi agen. Dan yang paling membuatku menangis terharu adalah... namaku keluar sebagai mahasiswa berprestasi di kampus!. Plus salah satu peraih beasiswa. Ada dua orang peraih beasiswa dari jurusanku. Kami berdua menjadi orang paling beruntung dari lima ratusan mahasiwa Analis Kesehatan Poltekkes Makassar. Aku menangis tertahan saat melihat jumlah uang yang masuk ke rekening tabunganku. Rp 7.800.000,-. Tujuh juta delapan ratus ribu rupiah. Biaya kuliahku beberapa semester.
“Maka nikmat Tuhan-Mu yang mana lagikah yang Engkau dustakan?” {QS. Ar-Rahman: 55}
Betapa Allah selalu mengabulkan doa-doaku.
Tak lupa aku berbagi kebahagiaan dengan orang-orang terdekatku. Dengan mama, bapak, saudara, nenek-kakek, sepupu, dan teman-teman. Tak lupa pula dosen-dosen dan kaprodiku. Bareng Dian (teman kelasku yang juga peraih beasiswa), kami syukuran kecil-kecilan di kampus. Aku tertawa saat penjaga perpus bertanya, “siapa yang ulang-tahun?”. Ku jawab,”bukan ulang-tahun pak, ini syukuran beasiswa”. Dia bertanya lagi siapa yang dapat beasiswa, lalu ku jawab: aku dan Dian. Dia tersenyum lalu mengucap terima kasih pada kami. Rata-rata dosen juga memberikan reaksi yang sama. Hari itu meski capek, senyum tak lepas dari bibirku. Hari paling bahagia bagiku di kampus Analis Kesehatan Makassar.
Hari bahagia lain adalah saat upacara tujuh belas agustusan tahun 2011, saat nama-nama kami dipanggil ke tengah lapangan untuk menerima piagam penghargaan mahasiswa berprestasi. Dua orang dari tiap jurusan. Ada delapan jurusan di tempatku kuliah, Politeknik Kesehatan Makassar. Kedelapan jurusan itu adalah keperawatan, kebidanan, analis kesehatan, farmasi, fisioterapi, gizi, keperawatan gigi, dan kesehatan lingkungan. Disaksikan oleh seluruh dosen, staf pegawai, seluruh mahasiswa baru Poltekkes Makassar, kami menerima penghargaan itu. Duh, bahagianya.
Mengenang kembali kenangan-kenangan itu, membuatku teringat firman Allah.
Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: "Tuhanku telah memuliakanku". Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata: "Tuhanku menghinakanku”. Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim. dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin, dan kamu memakan harta pusaka dengan cara mencampur baurkan (yang halal dan yang bathil), dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan.
{QS Al-Fajr: 15-20}.
Sungguh, kekayaan dan kemiskinan adalah ujian Tuhan bagi hamba-hamba-Nya. Saat diberi kelapangan, sejauh mana ia bersyukur?. Begitu pula saat diberi ujian berupa penderitaan dan kemiskinan, sejauh mana ia dapat bersabar?.
“Sangat mengagumkan perkara seorang mu`min, semua urusan adalah baik dan hal itu tidak dimiliki kecuali oleh seorang mu`min. Jika mendapat kebaikan maka dia bersyukur dan itu baik baginya dan jika ditimpa madharat maka dia bersabar dan itu baik baginya”. {HR. Muslim dari Shuhaib}.
Ya Rabb, bantu kami `tuk menjadi bagian dari hamba-hamba-Mu yang selalu bersabar saat diuji dengan kesulitan, serta menjadi pribadi-pribadi yang selalu bersyukur dalam segala keadaan. Aammiin ya Rabbal `aalamiin....

***

BERMIMPILAH, KAWAN!!!
KARENA ALLAH MAHA MENGETAHUI LAGI MAHA BERKEHENDAK!!!

Di antara penerima beasiswa mahasiswa berprestasi Poltekkes Makassar, hanya aku satu-satunya yang tidak menjabat tangan Bapak yang menyerahkan penghargaan itu, ku lihat Bapak itu juga memahamiku. Melihat penampilanku, sepertinya dia tahu hal apa yang bakal ku lakukan. Setelah menyerahkan piagam penghargaan padaku, dia terdiam sejenak. Seperti biasa aku menangkupkan tangan ke dada, mengucapkan terima kasih padanya. Dia membalasku dengan melakukan hal yang sama sambil tersenyum. Aku paham betul dengan apa yang ku lakukan, atas dasar apa, atas alasan apa. Alasan klasik sebenarnya. Seperti alasan yang disebutkan oleh Fahri (dalam novel Ayat-ayat Cinta).
Rasulullah saw. bersabda,
Sungguh ditusuknya kepala salah seorang dari kalian dengan jarum dari besi lebih baik baginya daripada ia menyentuh wanita yang tidak halal baginya”. {HR. Ath-Thabrani dalam Shahihul Jami` hadits no. 4921}
Dari Aisyah R.A. ia berkata:
Dan demi Allah, sungguh tangan Rasulullah SAW tidak pernah menyentuh tangan perempuan (yang bukan mahram) sama sekali, tetapi beliau membai`at mereka dengan perkataan”. {HR. Muslim, 3/1489}
* * *
Seorang pria Inggris bertanya kepada seorang pria Muslim, “Mengapa Anda tidak diperbolehkan memegang tangan wanita.?”
Pria muslim balas bertanya, “Apakah Anda tahu Elisabeth II?”
Pria Inggris menjawab, “Tentu. Dia adalah Ratu kami.”
Pria muslim kembali bertanya, “Dapatkah kamu memegang tangannya?.”
Pria Inggris menjawab, “Tidak. Tidak semua orang dapat memegangnya.”
Pria muslim berkata, “Begitulah dalam Islam. Setiap wanita layaknya seorang Ratu, tidak semua orang bisa memegang tangannya.”
* * *
Pagi itu, 17 agustus 2011, aku mengikuti upacara tujuh belasan untuk yang kedua kalinya selama aku kuliah di Poltekkes. Bersama dengan teman-teman yang menjadi anggota BPM, beberapa panitia ospek, ribuan mahasiswa baru, seluruh dosen dan pegawai, pokoknya hampir seluruh civitas akademika Poltekkes Makassar deh!, kami melaksanakan upacara dengan khidmat. Setelah serangkaian acara berlalu, tibalah pada acara yang ku nanti, yaitu penyerahan piagam penghargaan dan SK bagi mahasiswa peraih beasiswa berprestasi Poltekkes Kemenkes Makassar. Nama yang pertama kali disebut adalah nama seorang mahasiswi tingkat II dari jurusan Fisioterapi, peraih IPK 4,00!!!. Waah... hebat, bro!!!. Mantap nggak tanggung-tanggung!!!. Tak mampu ku bayangkan betapa konsistennya dia mempertahankan nilai A plus IP 4,00 selama empat semester berturut-turut. Selanjutnya, nama teman kelasku, Rosdiana Mus, dari jurusan Analis Kesehatan. Dian meraih IPK 3,99. Disusul namaku disebut, masih dari jurusan Analis Kesehatan, dengan IPK 3,98. Menyusul mahasiswi jurusan Farmasi yang berhasil meraih IPK 3,88. Dan masih ada dua belas mahasiswa berprestasi lainnya yang juga mendapat piagam penghargaan pagi itu. Nama yang ku dengar terakhir disebut adalah nama seorang mahasiswi jurusan Kebidanan tingkat II. Bersama dengan Dian dan empat belas mahasiswa yang disebut namanya, aku berjalan ke tengah lapangan, lalu satu persatu kami menerima piagam penghargaan itu. Kami betul-betul menikmati momen indah pagi itu. Satu kata cukup mewakili hatiku saat itu; bahagia!!!.
Aku menulis catatan ini dengan harapan bisa memberi manfaat/motivasi bagi siapa saja yang membacanya. Dengan tetap mengharap rahmat Allah, aku berlindung kepada-Nya dari sifat riya`, ujub, dan sum`ah serta keburukan yang ditimbulkannya.
Satu doa di antara banyak doa-doaku;
“Ya Allah, letakkan dunia di tanganku dan akhirat di hatiku”. Satu impian yang akan dan insya Allah tetap menjadi mimpi terbesarku, aku berharap Syurga Firdaus dari-Mu, ya Allah...
Semoga!!!.
Bermimpilah, kawan!!!. Beranilah bermimpi besar!!!. Karena Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui!.
***


BAKTERI OH BAKTERI...
Aku lagi duduk santai cerita-cerita sama teman-teman saat dua orang sahabatku datang dan berkata pada kami, “Nilai bakteri udah keluar!”. (Maksudnya nilai Bakteriologi).
“Oh ya? trus gimana nilai kita?”, sahutku harap-harap cemas.
Sahabatku itu langsung menjawab, “Tenang aja.. Fatimah dapat A”.
Aku termenung. Nilaiku “A”?? masya Allah.. tapi langsung ku ucap, “alhamdulillah...”. trus ku tanyakan lagi ke dua orang sahabatku, “kalian sendiri bagaimana?”
“Aku sama Tika juga A”, jawab temanku.
“Alhamdulillah..”, rasanya bahagia se-sahabatan nilainya bagus semua. Trus teman-teman yang lain juga cari tahu langsung nilai Bakteriologinya. Dapatnya macam-macam, ada A, B, C. (kagak sampe ke Z koq...)
Tapi ngomong-ngomong niyh yaa.. koq aku bisa dapat “A” di Mata kuliah itu?? soalnya aku merasa agak berat saat ujiannya.
Kalau ku ingat lagi hari itu, aku jadi malu sendiri. Pantaskah aku??
      
          Hari itu, Senin, akhir bulan Juli 2011.
Seperti biasa tiap ujian praktikum, kami akan berkerumun di depan laboratorium Bakteriologi. Menunggu panggilan untuk final. Kali ini ujiannya adalah ujian praktikum. Aktif. Jadi kami bergiliran memasuki lab. Aku santai-santai saja. Hhemmm... giliran masukku masih lama. Aku kan nomor urut 31. Jadi pasti masuknya di urutan ke empat. Masih terlalu lama. Masih ada waktu dua jam untuk menunggu.
“Muhammad Taufik Habir, Mujahidah, Ratika Lestari....” Dosenku memanggil nama-nama temanku satu per satu untuk memasuki lab.
“Sitti Aisyahyani Saher”. Salah satu temanku, yang urutan namanya pas di atas namaku juga dipanggil. Degh!!  Aku kaget. Tak lama setelahnya, ternyata namaku juga dipanggil!! Hah?! Tak alang kepalang aku jadi kelabakan. Buru-buru aku mengenakan jas lab, masker, dan sarung tangan karet (persyaratan untuk memasuki lab). Ku dengar namaku dipanggil berkali-kali.
“iya, bu. Sebentar!” kataku sambil buru-buru mengenakan jas lab. Tak ku sangka aku dipanggil secepat ini!! . Salah seorang teman dekatku turut memanggil-manggil namaku. Membuatku jadi kelabakan. Ahh!! Nih orang sempat-sempatnya bercanda dan mengerjaiku di saat seperti ini. Aku memasuki lab dengan hati yang sedikit kacau. Sampai-sampai aku lupa mengambil nomor yang disediakan di depan pintu. Ternyata urutannya diacak ya. Ku buka gulungan kecil kertas itu. Nomor delapan. Aku dapat nomor delapan. Hmm.. ku kitari area lab, mencari meja yang bertuliskan nomor delapan. Ternyata pewarnaan BTA. Soal yang ku dapat berkaitan dengan pewarnaan BTA (Bakteri Tahan Asam), bakteri Tuberkulosis.
Teringat pertama kali belajar Bakteriologi. Kami harus berhadapan dengan benda-benda jorok dan berbahaya. Hiiyy.. ngeri juga saat pertama kali kami belajar mengenai pemeriksaan laboratorium untuk penderita TBC ini. Ku ingat, kami diperintahkan mencari dahak penderita TBC. Huwek huwek!! masih terbayang dahak kental berwarna hijau kekuningan itu. Ada juga yang tak kalah buruk; dahak berdarah dari pasien TBC tingkat parah. Masih terbayang warnanya yang kemerah-merahan. Kata ketua tingkatku, “hati-hati, teman-teman.. jangan mau mati sia-sia di lab”. Aku tertawa mendengarnya berkata seperti itu. Siapa sih yang mau mati sia-sia di lab.. Tapi memang benar loh, kerja di lab itu mesti ekstra hati-hati!. Soalnya di mana-mana ada saja bahaya yang bisa terjadi.
  Setelah melalui serentetan prosedur pewarnaan bakteri, aku memeriksa preparat dahak itu di bawah mikroskop. Ada gerombolan benda aneh berwarna biru tak karuan di bawah sana. Adapula bentuk batangan panjang berwarna merah. Oo... jadi ini ya pengganggu paru-paru itu. Bakteri penyebab penyakit mematikan itu.
Aku melihat soal yang harus ku kerjakan. Nomor satu, melakukan proses pewarnaan BTA dan menuliskannya. Tak banyak ancang-ancang, aku langsung mengerjakan apa yang harus ku kerjakan. Tak ada lidi di dekatku!. Waah.... padahal aku butuh itu. Tapi di dekatku ada ose, ya udah deh pake itu aja. Huwaa.... aku dimarahi gara-gara itu. Sedih juga rasanya dimarahi oleh orang yang bukan orang tuaku. Soalnya aku jarang sekali dimarahi oleh selain mereka. Untung gak nangis. Idiih.... malu-maluin banget.... salahku sendiri sih. Siapa suruh tidak menyediakan lidi dalam kotak alat. Jadinya kan kerepotan sendiri. Mesti cari lagi keluar. Ahh, nyebelin banget tau!!!.
Belum lagi manajemen waktuku yang buruk. Aku berhasil menemukan bakterinya saat memeriksanya di bawah mikroskop. Namun aku tak menyelesaikan soal ujian pasifnya, soal yang ada di kertas. Bukan karena aku tak tahu. Tidak!!!. Tapi aku kehabisan waktu. Tepatnya, aku tak mampu mengatur waktu. Hiks hiks... aku sedih sekali.... tidak seperti ini seharusnya. Aku sedih. Aku menyalahkan diriku sendiri yang tak bisa lebih cepat. Seharusnya aku tidak usah mencuci kaca preparat itu dulu. Seharusnya aku lebih mendahulukan menyelesaikan soalku daripada mencuci kaca preparat. Ada rasa sedih, marah, kesal, kecewa, semuanya campur aduk jadi satu. Aku tak mampu berkata-kata lagi. Ku gigit bibirku saat keluar dari ruang lab itu.
Aku tak peduli lagi. Aku ingin melupakan pengalaman final terakhir itu. Mengubur dalam-dalam kenangan hari itu. Aku akan lebih tak peduli. Di depan sana, di ujung pandangan, semester selanjutnya menantiku. Tak akan lama lagi. Aku harus berusaha lebih baik. Aku akan lebih cekatan. Today must be better than yesterday.
***
kini nilai Bakteriologinya sudah keluar dan aku dapat “A”!. lho koq bisa?.
Atau mungkin ini karena kekuatan doa yaa.. yakin loh, doa itu senjatanya orang mukmin!. Tak ada yang sulit kalau Allah mudahkan!. Dan tak ada yang mudah jika Allah sulitkan!. Karena itu, berdoa, berdoa, dan berdoa...!.


Kamis, 04 Agustus 2011
Libur. Di teras rumah lantai dua. Khayalanku terbang ke mana-mana.
Aku ingin ke Malino. Aku ingin bermain di bawah guyuran air terjunnya. Selanjutnya bermain di belakang air terjun yang dingin dan sejuk itu. Aku ingin mengitarinya. Aku ingin meneguk lagi air pegunungan itu sepuasnya. Air yang keluar dari celah bebatuan keras dan padat setelah melewati jarak bermil-mil jauhnya. Aku ingin berjalan di jalannya yang menurun-menanjak sambil memperhatikan sisi sebelah jalan berupa tumpukan tanah berbatu yang menjulang tinggi. Ada air yang mengintip, mengalir dari celah-celahnya untuk selanjutnya membentuk  aliran sungai kecil. Di sisi lain jalan, aku akan melihat jurang dalam yang sangat indah untuk dilihat di siang hari. Pohon-pohon hijau tinggi menjulang dari dasarnya. Tingginya jelas jauh melebihi tinggi badanku. Aku harus mendongak delapan puluh derajat jika ingin melihat puncaknya. Nun jauh di ujung pandangan, aku melihat hijaunya sawah bertingkat-tingkat, begitu ramah menyambut tatapan mata para pengunjungnya. Sejuk. Sejuuk sekali!. Apalagi dipadu dengan birunya langit cerah hari itu. 


Rasanya aku ingin tinggal di tempat itu lebih lama. Tapi itu tak mungkin. Aku harus melanjutkan pendidikanku. Aku harus kuliah. Nantilah ke sana lagi. Enaknya bareng siapa ya?... hmmm...


Aku ingin ke Saro`, pantai Galesong Selatan. Aku ingin sekali lagi berjalan menyusuri pinggir pantai itu, menanti ombak yang berkejaran ke arahku. Aku ingin merasakan kakiku basah oleh air lautnya. Aku ingin melihat lagi gerombolan ikan kecil berwarna biru dan hijau itu. Kali ini aku sungguh-sungguh ingin menangkapnya dan memandanginya lekat-lekat. Aku ingin bermain di laut itu. Berendam di air laut-Nya untuk beberapa saat, merasakan diriku berada dalam keluasan kuasa-Nya. Mendengar gemuruh ombak yang sebentar-sebentar menghempaskanku.



“Ma... aku sangat ingin ke tempat-tempat yang indah... rasanya aku ingin menghabiskan seluruh liburku untuk mendatangi tempat-tempat indah yang belum pernah ku kunjungi...”, ungkapku pada ibuku yang kebetulan ada di sampingku. Entah mengapa rasanya hatiku begitu menginginkan hal itu, sehingga aku tak dapat memendam keinginan itu sendiri, memaksaku untuk mengutarakannya pada orang terdekatku.
 Ibuku menoleh padaku, memandangiku lekat, dan berkata, “Seandainya itu semua menjamin ketentraman hati, maka tidak akan ada artis-artis yang bunuh diri.... Dengan uang yang mereka miliki, mereka bisa saja melakukan apapun yang mereka mau. Mereka bisa saja pergi ke manapun mereka suka. Tapi kenapa hati mereka tetap tidak bahagia? Mengapa begitu banyak orang kaya, bergelimang harta, namun berani mengakhiri hidup mereka dengan bunuh diri? Itu karena tidak adanya ketenteraman hati, sama sekali tidak sejalan dengan ketentuan Allah. Hanya dengan mengingat Allah maka hati akan menjadi tenang....”.
QS. Ar-Ra`ad
Alaa bidzikrillahi tathmainnal quluub
Byuurrr.... ada kesegaran yang menggugah hatiku. Aku bersyukur terlahir dari wanita cerdas yang memiliki jiwa bijak seorang pendidik sepertinya. Dia tahu bagaimana menyikapi seluruh sikapku, termasuk seluruh keinginanku. Betul juga sih,, kalau semua keinginan menuntut untuk dipenuhi maka kita akan kelabakan sendiri. Karena keinginan itu gak bakalan ada habis-habisnya.

“”
QS. Al-Maidah ayat 20
Ibuku membaca potongan ayat yang mengisahkan Nabi Musa dan pengikutnya itu. Nabi Musa as. memanggil kaumnya untuk berperang memerangi kaum kafir yang berbuat kejahatan di muka bumi. Apa kata kaum Nabi Musa?
“Di sana ada orang-orang kuat. Pergilah engkau berperang bersama Tuhanmu”.
Aku tertawa mendengar ucapan kaum Nabi Musa as. Lho, koq berani-beraninya mereka berkata seperti itu pada utusan Allah. Disuruh untuk berperang, tapi malah menyuruh Nabi Musa as. untuk berperang sendiri bersama Allah swt. Ckckck... parah!.
Lalu Allah menyesatkan mereka (kaum nabi Musa) selama empat puluh tahun dalam perjalanan pulang mereka.
Terlintas di benakku pertanyaan yang tidak lama kemudian terlahir dari bibirku.
“Lalu bagaimana mereka makan kalau mereka tersesat? Apa mereka tidak akan kelaparan?” aku bertanya pada ibuku.
“mereka pasti akan mengusahakan”
Aku bertanya lagi, “bagaimana cara mereka memasak?”. Yang ada di fikiranku adalah: mereka tersesat dan sibuk mencari jalan keluar. Hanya berputar-putar saja dalam sebuah negeri selama empat puluh tahun. Hmm... kurang kerjaan banget sih... :D
Ibuku lalu menjawab, “ya pake kayu tooh...”
“trus, bagaimana mereka mendapatkan api?”, Aku masih belum tahu cara orang-orang terdahulu mempertahankan hidup. Sungguh. Tapi ibuku malah menunjuk kepalaku sambil berkata,
“waduuh... ternyata kau masih bodoh. Pake otaklah...”
Hahaha... aku tertawa diperlakukan seperti itu. Ada seorang manusia yang mengatakanku bodoh. Dan orang itu adalah orang yang sangat dekat denganku; ibuku. Ya, seingatku tidak pernah ada orang lain yang pernah mengataiku bodoh. Di sekolahku aku cukup dikenal sebagai murid yang –bolehlah dikatakan- brillian. Nilai rata-rata raporku selalu di atas 80-an. Ulangan Kimiaku lebih sering dapat seratus. Poin yang cukup hebat (kalau tidak ku katakan sangat hebat) untuk sebuah mata pelajaran yang banyak dibenci oleh anak-anak SMA. Untuk pelajaran Fisika, aku lebih memilih menghafal rumus untuk menyelesaikan soal-soal yang sebenarnya sangat memusingkan. Anehnya nilai-nilai Fisikaku selalu bagus. Yaah.. yang penting malamnya belajar, trus sebelum ujiannya harus berdoa dengan sungguh-sungguh, yakin saja ujian pasti akan selesai dengan gampang. Man jadda wajada, (artinya Siapa yang bersungguh-sungguh, maka dia pasti akan mendapatkannya) sebuah pepatah Arab terkenal yang selalu ku jadikan acuan dalam hidupku. Memang aneh. Aku sudah besar. Yaa...benar-benar sudah besar. Tapi pertanyaannya kekanak-kanakan sekali. Betul-betul kekanak-kanakan, tak ubahnya anak SD yang baru belajar mengenal dunia dengan segala masalah yang terkandung di dalamnya. Tak lebih buruk dibanding kalau ku katakan seperti anak TK. Hmm hmm... jadi malu sendiri... :D


Aku masih tetap asyik menikmati alunan merdu suara ibuku membacakan ayat-ayat suci Al-Qur`an. Aku berbaring di dekatnya sembari menatap langit cerah di atas sana. Kulihat awan putih berarak beriringan. Indaah sekali!. Hmm... alangkah indahnya hidup ini.... setidaknya begitu yang kurasakan sekarang.






QS. Al-Maidah: 51
Tentang larangan menjadikan orang Yahudi dan Nashara sebagai teman akrab.
Hmm... sekarang dia membaca ayat itu. Namun aku sedang tak ingin berpusing-pusing memikirkan hubungan sosial antarumat berlainan agama. Nantilah. Epenkah? Emang pentingkah? Hehehe.... sebenarnya penting sih. Setidaknya untuk bekalku nanti. Tapi ku rasa buat apa berpusing ria memikirkan masalah nanti yang belum tentu akan ku hadapi. Ibuku beranjak dari tempat duduknya. Dia turun ke lantai satu. Entah untuk urusan apa. Aku masih tetap asyik di teras lantai dua rumahku. Kali ini dalam posisi duduk; menatap asyik ke layar komputer. Beresin file yang berserakan.
Kalau ada modem, aku pasti sudah ber-facebook  ria dengan teman-temanku. Apalagi dengan Yuni, Siska, Sinar, dan Uchi yang gokil abiz. Rasanya berandaku tak akan seru tanpa kehadiran mereka. Belum lagi Inaya, sahabat analisku yang tak kalah gokilnya. Yang selalu bisa membawa hari-hariku dalam kebahagiaan untuk tetap taat kepada-Nya. And masih banyak lagi teman-teman kampus dan teman-teman SMA yang tak bisa kusebutkan semuanya. Ahh... rasanya aku tak pernah kekurangan teman di dunia ini. Sepertinya Allah memang menakdirkanku untuk selalu memiliki mereka (memangnya adakah orang di dunia ini yang tak memiliki teman? kawan, teman, sahabat, atau apalah... rasanya tak ada deh!. Tarzan saja punya teman; monyet-monyet, gorilla, dan hewan-hewan hutan lainnya). Saat-saat santai seperti ini, enaknya siih berinteraksi di dunia maya. Tapi hari sedang panas di luar. Aku malas mengisi pulsa modemku. ya udaah...
***             

Teenoz, Apaan seeh??

Teenoz singkatan dari Teen Seven One Zero => Teen 7-10. Itu nama angkatanku di SMAN 1 Bajeng Kab. Gowa, Sulawesi Selatan. Teen => Remaja (waktu itu kan kami masih remaja, hehe..). Trus “Seven” merujuk kepada tahun masuknya kami di SMA, tahun 2007. Next, “One Zero” itu menunjukkan tahun kami lulus dari SMA, tepatnya di tahun 2010. Ghitu looh.. Oke, itu aja. ^_^

***


OLJEN

IPK-ku sekian. ketinggian!. Aku malu. Mampu nggak ku pertanggung-jawabkan?. Apakah ini nilai murni atau hanya nilai kasih-sayang?. Huffthh.. 
Ya, IPK itu hanya efek samping!. Yang paling penting tentu saja ilmunya..!.
Sekarang aku udah mulai kuliah semester 4 di Analis Kesehatan Poltekkes Makassar. Tadi belajar Amami (Analisis Makanan dan Minuman). Wuiih.. ketemu lagi dengan Biokimia!. Apalagi rumus-rumus molekul itu. weleh weleh.. sudah lupa aku!. Rumus alkohol, eter, ester, asam karboksilat.. malah disuruh tulis lagi gimana rantai karbonnya!. Ckckck... bikin pusing!. Hmm hmm,, begini niyh kalo gak belajar!. Mesti buka kembali Biokimia semester 2. Oke.. tidak ada waktu untuk bersantai-santai sekarang, Bro!. Fighting!!!.
          Semester 4. Di sini intinya ilmu-ilmu terpenting bagi seorang analis kesehatan. Ketemu lagi dengan Bakteriologi, Parasitologi, Hematologi, dan Kimia Klinik. Trus ada yang baru niyh: Imunologi, Epidemiologi, Transfusi Darah, serta Amami (Analisis Makanan dan Minuman). Kayaknya semester ini bakal sangat menarik!. Yes..!. asyik asyik..!. ^_^
Belajar Parasitologi, kali ini berkaitan dengan Entomologi (ilmu tentang serangga), terutama yang sering menyebabkan penyakit. Pekan depan kami disuruh membawa jentik-jentik nyamuk (dalam bahasa gaulnya sering disebut “oljen”, singkatan dari “olok-olok jeknek”. Orang asli Makassar pasti taulaah...). jadilah seharian itu kami (para analis) sibuk berkelana menyusuri kawasan Banta-bantaeng demi mendapatkan makhluk imut itu. Cari di kolam ikan, aquarium, vas bunga, got, dll.. Alhamdulillah akhirnya dapat juga. ^_^. Aku sendiri menemukan makhluk imut itu dalam sebuah genangan air pada ember tua di bawah pohon mangga salah satu sudut kelurahan Banta-bantaeng. Si Oljen dengan santainya menggeliat-menggeliat turun naik permukaan air. Heheh.. belum tau dia!. Akhirnya , dengan jurus menangkap capung, eth salah!. Menangkap oljen maksudnya. Bermodalkan gelas aqua bekas, akhirnya aku berhasil juga membantai makhluk tak berdaya itu.. wuahaha..! (Sadisnya!. Ckckck..).
Dengan hati riang, ku bawa pulang si Oljen ke kediamanku, ku letakkan secara terhormat di meja belajarku. Trus ku amati baik-baik bentuknya, ku hitung jumlah yang berhasil ku tangkap. Waaooww.. larva ukuran kecil jumlahnya lebih dari 50 ekor, Bro!. Buaanyaaknyaa..!. trus larva besarnya ada 40 ekor lebih!. Belum lagi yang bentuk pupa, kayaknya ada 10-an ghitu!. Mantap! Hasil tangkapanku lumayan.. heheh.. Oleh ibu Dosen, kami disuruh mengamati dan mencatat proses metamorfosis dari Oljen ini. Mulai dari model larva (soalnya telurnya gak bisa keliatan sih) sampai jadi nyamuk dewasa. Jadinya, bentar-bentar diintip lagi tuh si Oljen dalam botol. Wualaah.. hebat niyh si Oljen. Selama sepekan ini bakalan jadi artis!. Diburu para analis.. mantap mantap mantap!.
***

6 komentar:


  1. AGEN TOGEL ONLINE TERPERCAYA CERIA4D
    WA : +62 82393544066
    #PROMO CERIA
    -BONUS DEPO 10RB
    -BONUS NEXT DEPO 1%
    -BONUS REFFERAL 2%
    -JACKPOT 4D 3D 2D NO HP TOTAL HADIAH 3JUTA !!
    -LOMBA GRUP HADIAH RATUSAN RIBU !!

    - LIVE GAME CASINO & SBOBET (BOLA)
    - Fitur Game Casino (POKER , SBO )
    - BEBAS LINE 2D/3D/4D
    _________________________________________
    DISCOUNT TOGEL dibawah ini :
    >2D DISCOUNT : 29% x 70
    >3D DISCOUNT : 59% x 400
    >4D DISCOUNT : 66% x 3.000

    LINK DAFTAR:
    WWW . JPCERIA . COM

    CERIA4D
    BANDAR TOGEL ONLINE
    TOGEL ONLINE

    CERIA4D
    BANDAR TOGEL ONLINE
    TOGEL ONLINE

    JUDI ONLINE
    BANDAR ONLINE
    TUKANG TOGEL
    AGEN TOGEL

    AGEN TOGEL

    BalasHapus