Selasa, 14 Februari 2012

Saudaraku, tanyakan kepada dirimu, siapa engkau sebenarnya?

Saya ingin bertanya kepadamu, sebuah pertanyaan terbuka yang membutuhkan jawaban yang pasti, “Siapakah engkau yang sebenarnya?”
Engkau jangan menjawab dengan mengatakan, “Dokter Fulan, Insinyur Fulan, Profesor Fulan, ataupun Syaikh Fulan.”
Bukan itu yang saya tanyakan. Yang saya tanyakan, siapakah engkau di sisi Allah Rabb Semesta Alam? Apa jawabannya? Katakan kepadaku, siapa engkau sebenarnya? Apakau engkau si Fulan sang pendusta, atau sang penipu, atau yang suka pamer, ataukah si munafik, ataukah..?
Atau, apakah engkau Fulan yang beriman, atau yang bertauhid, atau engkau si Fulan yang selalu shalat malam, atau engkau si Fulan yang suka berpuasa, atau engkau si Fulan yang menegakkan keadilan, atau engkau si Fulan yang selalu berdzikir, atau engkau si Fulan yang jujur..? Siapakah engkau sebenarnya?
Jawablah pertanyaanku sekarang juga, wahai saudaraku! Sebelum jati dirimu disingkap kelak di hadapan para saksi, pada hari dinampakkan semua rahasia, hari dimana diungkapnya semua cela dan aib. Maka pada hari itu tidak ada yang lebih sengsara dan lebih celaka daripada dirimu sendiri.
Saudaraku,
Saya ingin bertanya kepadamu. Apakah peranmu di sisi Allah?
Kebanyakan dari kita beramal hanya untuk kepentingan diri kita sendiri, dan lupa terhadap Allah yang telah menciptakannya. Lalu, apa peranmu sebagai pelayan Allah?
Jika engkau katakan, “Tidak ada sama sekali.” Maka, engkau juga tak ada nilainya sama sekali. Kalau engkau tidak punya peran sama sekali di sisi Rabbmu, maka berarti engkau tak berguna sama sekali di dunia ini, dan tidak berharga sama sekali di sisi Allah. Karena sesungguhnya nilai seorang hamba di sisi Allah adalah tatkala seorang hamba mengagungkan asma Allah, dengan demikian tertanam dalam hati makna keagungan Allah. Bila demikian adanya, maka mustahil engkau menyeru berdakwah menuju jalan Allah dengan banyak berpangku tangan seperti keadaanmu sekarang ini.
Saudaraku yang tercinta,
Janganlah engkau menipu dirimu sendiri. Engkau lebih tahu jati dirimu sendiri. Jangan engkau katakan, “Dahulu saya begini.. dan itu telah terjadi.. nantilah saya akan…” Ungkapan seperti ini adalah jerat-jerat setan. Tanyakan pada dirimu dengan jujur sekarang juga, “Siapa saya sebenarnya di sisi Allah?”
Bila engkau dapatkan dirimu berada di lembah kehinaan, maka ingatkan dirimu, sampai kapan keadaan ini terus berlangsung. Bila terbesit pada dirimu bisikan yang membuat putus asa, maka ingatkanlah dirimu bahwa Allah Maha Pengasih. Namun jika engkau mengandalkan rahmat Allah tanpa beramal, maka engkau benar-benar tertipu. Orang yang berprasangka baik terhadap Allah pasti akan memperbaiki amalnya. Adapun nasib orang-orang yang terpedaya, kelak akan nampak hal-hal yang tidak mereka sangka sebelumnya sebagai balasan dari Allah.
Tetapi apabila engkau dalam kebaikan, maka yang pertama kali harus engkau jauhi adalah agar engkau jangan terkecoh dengan kebaikanmu dan berlaku ujub. Tanyakan pada dirimu, “Mana rasa syukur saya terhadap nikmat..?” “Apakah yang ada padaku termasuk istidraj..?” Ketika imanmu selalu bertambah, itulah kunci keselamatanmu. Namun bila selalu berkurang, itulah bencana yang sungguh dahsyat, karena kematian bisa saja datang sekonyong-konyong. Padahal kala itu, engkau masih saja mengingat-ingat saat mendirikan shalat malam di suatu malam, atau ingat akan puasa yang engkau tunaikan pada suatu hari, dan justru engkau mengandalkan amalan yang tidak seberapa tersebut. Itu semua tidak akan berguna bagimu kalau engkau dalam keadaan demikian. Maka, apa yang dapat engkau perbuat ketika itu?

.dari buku “Sungguhkah Anda Ingin Masuk Surga”, Muhammad bin Husain Ya’qub, Pustaka Arafah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar