Saat
merapikan buku-buku, tak sengaja kutemukan buku bersampul biru itu; buku
harianku. Ku buka lembar demi lembar. Mataku berhenti di sebuah tulisan.
Tulisan yang kutulis dua tahun lalu, saat aku kelas tiga SMA. Waktu itu
umurku tujuh belas tahun.
“Assalamu`alaikum,
tidaklah seorang diuji melebihi batas kemampuannya.. kamu harus berjuang dan
berusaha keras mendapatkan kebaikan yang kamu inginkan.. keraguan itu datangnya
dari syaithan yang menjauhkan manusia dari kebaikan.. ikutilah hati nuranimu,
mudah-mudahan Allah selalu memberkahi dan memudahkan jalanmu. Amin.”
Sebuah
pesan dari seorang seniorku di SMA. Di bawah tulisan itu ku tulis namanya
dengan terang. Salah satu motivatorku. Saat itu ia tengah belajar di Institut Teknologi Telkom, Bandung. Sekarang.. sepertinya dia sebentar lagi lulus. Setelah itu mungkin akan langsung lanjut S2. Good Luck, Senior..
Ku temukan pula tulisan lain di bukuku;
Ku temukan pula tulisan lain di bukuku;
“Assalamualaikum.
Fatimah, besok ikutko Grafik?. Ahkam”
Grafik,
lupa apa kepanjangannya. Semacam lomba matematika begitu. Huwaaa.... ku ingat
lagi kenangan-kenangan itu.. Kenangan yang sangaaaaat menyenangkan!. Selama
sekolah di SMABA, moment paling menyenangkan adalah ikut lomba bareng
teman-teman. Berpacu, saling berebut untuk berada di daftar teratas peserta
yang lolos ke babak selanjutnya. Huhuhu... aku rindu mereka. Rindu kak Nurul,
kak Rachma, kak Husnul, kak Ahkam, juga partnerku si Anno. Entah bagaimana
kabarnya mereka semua sekarang. Yang jelas, sedang berusaha menapaki tangga kesuksesan.
Mereka semua adalah orang-orang dengan motivasi yang tinggi untuk sukses.
Senang rasanya saat berada dekat dengan mereka. Aku rindu berkumpul bersama
mereka, memecahkan soal-soal Matematika. Heran juga mengapa aku bisa terdampar
ke klub itu, MATRICS. Mathematic Training Club of SMABA. Padahal sebenarnya
otakku sering laloud (lambat louding) kalau ketemu soal Matematika loh!
(hadouuh.. paayah!).
Untuk
urusan ini, kak Husnul selalu membesar-besarkan hatiku agar tak putus asa. Dia
sering mengatakan, “Fatimah itu memang kadang lama mengerti.. tapi kalau
sudah mengertimi, lama sekali baru hilang towwa..”.
dan setelah itu dia akan dengan sabar menjelaskan soal-soal yang kutanyakan
padanya.
Di
antara teman-teman, kak Husnul yang paling cerewet plus paling humoris. Ada-ada
saja tingkah ataupun ucapannya yang bisa membuat kami tertawa. Mungkin begitu
yah memang karakternya anak kedua. Hidup tanpa beban.. J. Selain cerewet, dia juga
yang paling “rakus”. Entah itu rakus sama soal-soal, ataupun rakus saat makan.
Kalau makan selalu yang paling cepat!. Pantasan tuh kak Husnul selalu ceria..
energinya selalu full!. Hehehe... Kalau kak Husnul sih sahabat Matematika-ku sejak SMP. Dia itu kalo cerita selalu semangat. Bahkan dulu (waktu SMP) sering nakandatto` poeng kepalaku.. addeeh.. Mentang-mentang dia lebih tinggi.. seenaknya aja main kandatto`-kandatto`. Sayangnya saat itu aku tak pernah bisa membalas kecuali dengan kalimat protes sambil alis berkerut-kerut, soalnya kepalanya sulit dijangkau.
Aku
terus membaca. Kutemukan pesan lain:
“Jangan pernah
memikirkan kesempatan kedua kalo bisa meraih yang pertama. Kalo bisa janganmako
fikir jurusan lain selain kedokteran. Harus fokus sama tujuan utama.. waktu
yang kita butuhkan lebih banyak dari waktu yang tersedia, Fatimah.”
Kedokteran?
Yah, itu salah satu impianku dulu. Tapi hidup harus menerima, dengan penerimaan
yang indah. Termasuk untuk mimpi yang tak tercapai. Sekarang, waktunya menatap
ke depan. Merajut kembali mimpi yang sempat rubuh. Untuk hidup yang lebih
baik.. optimislah, Fatimah!.
Aku masih terus membaca. Bertemu pesan yang bagiku sangat bermakna, karena betul-betul menyentuh relung jiwaku.
“Sebenarnya, dulu waktu smp mauka masuk ITB, tapi waktu kelas 1 SMA kak syamsul luluski di ITT, jadi kutanya2mi, ternyata bagus jugaji di ITT, jadi ITT oriented gaya belajarku.. Sebenarnya kalo cita2 fatimah i2 berubah2,, cobako waktu kecil ditanya cita2mu mau jadi apa, mungkin bukan jadi dokter, tapi setelah dewasa, tau banyak hal akhirnya mau skaliko jadi dokter,, sebenarnya cita2mu itu bukan dokter,, tapi apa yang melatarbelakangi fatimah mau jadi dokter itu sebenarnya cita2 fatimah,, jadi jangan sampai karna tidak jadi dokter fatimah lupa sama tujuan fatimah,, mungkin tujuan fatimah "ingin membantu sesama" bisa dicapai dengan berbagai cara, bukan hanya jadi dokter,, dan ingat selalu Allah,,
Aku masih terus membaca. Bertemu pesan yang bagiku sangat bermakna, karena betul-betul menyentuh relung jiwaku.
“Sebenarnya, dulu waktu smp mauka masuk ITB, tapi waktu kelas 1 SMA kak syamsul luluski di ITT, jadi kutanya2mi, ternyata bagus jugaji di ITT, jadi ITT oriented gaya belajarku.. Sebenarnya kalo cita2 fatimah i2 berubah2,, cobako waktu kecil ditanya cita2mu mau jadi apa, mungkin bukan jadi dokter, tapi setelah dewasa, tau banyak hal akhirnya mau skaliko jadi dokter,, sebenarnya cita2mu itu bukan dokter,, tapi apa yang melatarbelakangi fatimah mau jadi dokter itu sebenarnya cita2 fatimah,, jadi jangan sampai karna tidak jadi dokter fatimah lupa sama tujuan fatimah,, mungkin tujuan fatimah "ingin membantu sesama" bisa dicapai dengan berbagai cara, bukan hanya jadi dokter,, dan ingat selalu Allah,,
Allah punya cara yang indah untuk membuat hamba2nya
terseyum bahagia,, kalo cita2 fatimah belum sama dengan yang diinginkan Allah, maka
la tahzan, innallaha ma'anaa.. Nanti kuceritakan seniorku yang ditolak di kedokteran
(bukan karna tidak lulus loh..) karna buta warna dan beliau jadi apa sekarang..
Note : sbnarnya cita2ku bukan ITT,, tapi saya mau ikut
lomba tingkat internasional,, jadi mencoba menuntut ilmu di jawa,, sekarang lagi berusaha mencari jalan,, insya Allah...”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar