Tarwih
malam ini terasa lain. Ada rindu yang membuncah. Ada rasa yang tak dapat
diungkapkan dengan kata-kata. Mendengarnya membacakan Surah Al-Ma`arij,
Al-Muzzammil, Al-Muddatstsir, Al-Qiyamah, dan ayat-ayat mulia lainnya membuatku
tak dapat menahan haru. Suara itu, suara serak-serak basah yang begitu merdu.
Teringat kenangan di madrasah tercinta, tahun 2005 silam. Saat kami bergantian
menyambung potongan ayat-ayat itu.. bersama Ruqayyah, bersama teman-teman lain,
dan bersamanya....
Hatiku
bergetar. Aku harap ini karena rasa takjubku terhadap ayat-ayat Allah yang
mulia. Aku ingin termasuk ke dalam golongan itu; golongan orang-orang yang
beriman. Yang ketika dibacakan ayat-ayat Allah maka bergetarlah hati mereka.
Tak terasa setetes benda bening jatuh membasahi mukenah baruku yang masih putih
bersih. Ku harap makmum sebelah kiri dan kananku tak memperhatikan hal itu.
Kalau dibilang yang jatuh tadi adalah air mata sih, masih mending. Laah...
kalau dibilang iler? Atau ingus? Haha... kan malu....
One
Day One Juz!!!.
Itu
slogan yang dia sampaikan pada kami para jama`ah, agar kami berusaha
mengkhatamkan Al-Qur`an di bulan Ramadhan ini. Ahh... selalu saja Ramadhan
membawa momen-momen indah dalam hidupku.
Yah,
tiap Ramadhan kita harus punya target dong!. Minimal sekali khatam-lah gak
apa-apa. Daripada nggak khatam sama sekali. Minimal sekalimi itu naah..
Daripada
“daripada”, lebih baik “lebih baik”.
Caranya
berkisah juga masih seperti dulu. Menarik. Sama seperti saat dia bercerita
tentang “Siapa yang Mendorong Saya?”, “Tokek Budek”, “Ewuh Pakewuh”, “Segelas
Susu”, dan masih banyak lagi cerita motivasi lainnya. Kali ini dia berkisah
tentang “Uang Seribu dan Uang Seratus Ribu”.
______________________
Konon,
uang seribu dan seratus ribu memiliki asal-usul yang sama tapi mengalami nasib
yang berbeda. Keduanya sama-sama dicetak di PERURI dengan bahan dan alat-alat
yang oke. Pertama kali keluar dari PERURI, uang seribu dan seratus ribu
sama-sama bagus, berkilau, bersih, harum dan menarik. Namun tiga bulan setelah
keluar dari PERURI, uang seribu dan seratus ribu bertemu kembali di dompet
seseorang dalam kondisi yang berbeda.
Uang seratus ribu berkata pada uang seribu
:"Ya, ampyyyuunnnn. ......... darimana saja kamu, kawan? Baru tiga bulan
kita berpisah, koq kamu udah lusuh banget? Kumal, kotor, lecet dan..... bau!
Padahal waktu kita sama-sama keluar dari PERURI, kita sama-sama keren kan .....
Ada apa denganmu?"
Uang
seribu menatap uang seratus ribu yang masih keren dengan perasaan nelangsa.
Sambil mengenang perjalanannya, uang seribu berkata : "Ya, beginilah
nasibku , kawan. Sejak kita keluar dari PERURI, hanya tiga hari aku berada di
dompet yang bersih dan bagus. Hari berikutnya aku sudah pindah ke dompet tukang
sayur yang kumal. Dari dompet tukang sayur, aku beralih ke kantong plastik
tukang ayam. Plastiknya basah, penuh dengan darah dan tai ayam. Besoknya lagi,
aku dilempar ke plastik seorang pengamen, dari pengamen sebentar aku nyaman di
laci tukang warteg. Dari laci tukang warteg saya berpindah ke kantong tukang
nasi uduk. Begitulah perjalananku dari hari ke hari. Itu makanya saya bau,
kumal, lusuh, karena sering dilipat-lipat, digulung-gulung, diremas-remas.
......"
Uang
seratus ribu mendengarkan dengan prihatin..: "Wah, sedih sekali
perjalananmu, kawan! Berbeda sekali dengan pengalamanku. Kalau aku ya, sejak
kita keluar dari PERURI itu, aku disimpan di dompet kulit yang bagus dan harum.
Setelah itu aku pindah ke dompet seorang wanita cantik. Hmmm... dompetnya harum
sekali. Setelah dari sana, aku lalu berpindah-pindah, kadang-kadang aku ada di
hotel berbintang 5, masuk ke restoran mewah, ke showroom mobil mewah, di tempat
arisan Ibu-ibu pejabat, dan di tas selebritis. Pokoknya aku selalu berada di
tempat yang bagus. Jarang deh aku di tempat yang kamu ceritakan itu.
Dan...... aku jarang lho ketemu
sama teman-temanmu. "
Uang seribu terdiam sejenak. Dia menarik nafas lega, katanya : "Ya. Nasib kita memang berbeda. Kamu selalu berada di tempat yang nyaman. Tapi ada satu hal yang selalu membuat saya senang dan bangga daripada kamu!" "Apa itu?" uang seratus ribu penasaran.
Dan...... aku jarang lho ketemu
sama teman-temanmu. "
Uang seribu terdiam sejenak. Dia menarik nafas lega, katanya : "Ya. Nasib kita memang berbeda. Kamu selalu berada di tempat yang nyaman. Tapi ada satu hal yang selalu membuat saya senang dan bangga daripada kamu!" "Apa itu?" uang seratus ribu penasaran.
"Aku
sering bertemu teman-temanku di kotak-kotak amal di tempat-tempat ibadah.
Hampir setiap minggu aku mampir di tempat-tempat itu. Jarang banget tuh aku
melihat teman temanmu disana....."
^_^
(kisahnya menyindir nih...!)
Hoho...
guruku... guru favoritku... motivatorku... semoga hidayah Allah dan
pertolongan-Nya selalu bersamamu, aammiin....
Ramadhan di Kab. Gowa.
Jum`at, 5 Agustus 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar