Senin, 28 Mei 2012

Ramadhan di Hatiku


Tarwih malam ini terasa lain. Ada rindu yang membuncah. Ada rasa yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Mendengarnya membacakan Surah Al-Ma`arij, Al-Muzzammil, Al-Muddatstsir, Al-Qiyamah, dan ayat-ayat mulia lainnya membuatku tak dapat menahan haru. Suara itu, suara serak-serak basah yang begitu merdu. Teringat kenangan di madrasah tercinta, tahun 2005 silam. Saat kami bergantian menyambung potongan ayat-ayat itu.. bersama Ruqayyah, bersama teman-teman lain, dan bersamanya....
Hatiku bergetar. Aku harap ini karena rasa takjubku terhadap ayat-ayat Allah yang mulia. Aku ingin termasuk ke dalam golongan itu; golongan orang-orang yang beriman. Yang ketika dibacakan ayat-ayat Allah maka bergetarlah hati mereka. Tak terasa setetes benda bening jatuh membasahi mukenah baruku yang masih putih bersih. Ku harap makmum sebelah kiri dan kananku tak memperhatikan hal itu. Kalau dibilang yang jatuh tadi adalah air mata sih, masih mending. Laah... kalau dibilang iler? Atau ingus? Haha... kan malu....
One Day One Juz!!!.
Itu slogan yang dia sampaikan pada kami para jama`ah, agar kami berusaha mengkhatamkan Al-Qur`an di bulan Ramadhan ini. Ahh... selalu saja Ramadhan membawa momen-momen indah dalam hidupku.
Yah, tiap Ramadhan kita harus punya target dong!. Minimal sekali khatam-lah gak apa-apa. Daripada nggak khatam sama sekali. Minimal sekalimi itu naah..
Daripada “daripada”, lebih baik “lebih baik”.
Caranya berkisah juga masih seperti dulu. Menarik. Sama seperti saat dia bercerita tentang “Siapa yang Mendorong Saya?”, “Tokek Budek”, “Ewuh Pakewuh”, “Segelas Susu”, dan masih banyak lagi cerita motivasi lainnya. Kali ini dia berkisah tentang “Uang Seribu dan Uang Seratus Ribu”.
______________________
Konon, uang seribu dan seratus ribu memiliki asal-usul yang sama tapi mengalami nasib yang berbeda. Keduanya sama-sama dicetak di PERURI dengan bahan dan alat-alat yang oke. Pertama kali keluar dari PERURI, uang seribu dan seratus ribu sama-sama bagus, berkilau, bersih, harum dan menarik. Namun tiga bulan setelah keluar dari PERURI, uang seribu dan seratus ribu bertemu kembali di dompet seseorang dalam kondisi yang berbeda.
 Uang seratus ribu berkata pada uang seribu :"Ya, ampyyyuunnnn. ......... darimana saja kamu, kawan? Baru tiga bulan kita berpisah, koq kamu udah lusuh banget? Kumal, kotor, lecet dan..... bau! Padahal waktu kita sama-sama keluar dari PERURI, kita sama-sama keren kan ..... Ada apa denganmu?"
Uang seribu menatap uang seratus ribu yang masih keren dengan perasaan nelangsa. Sambil mengenang perjalanannya, uang seribu berkata : "Ya, beginilah nasibku , kawan. Sejak kita keluar dari PERURI, hanya tiga hari aku berada di dompet yang bersih dan bagus. Hari berikutnya aku sudah pindah ke dompet tukang sayur yang kumal. Dari dompet tukang sayur, aku beralih ke kantong plastik tukang ayam. Plastiknya basah, penuh dengan darah dan tai ayam. Besoknya lagi, aku dilempar ke plastik seorang pengamen, dari pengamen sebentar aku nyaman di laci tukang warteg. Dari laci tukang warteg saya berpindah ke kantong tukang nasi uduk. Begitulah perjalananku dari hari ke hari. Itu makanya saya bau, kumal, lusuh, karena sering dilipat-lipat, digulung-gulung, diremas-remas. ......"
Uang seratus ribu mendengarkan dengan prihatin..: "Wah, sedih sekali perjalananmu, kawan! Berbeda sekali dengan pengalamanku. Kalau aku ya, sejak kita keluar dari PERURI itu, aku disimpan di dompet kulit yang bagus dan harum. Setelah itu aku pindah ke dompet seorang wanita cantik. Hmmm... dompetnya harum sekali. Setelah dari sana, aku lalu berpindah-pindah, kadang-kadang aku ada di hotel berbintang 5, masuk ke restoran mewah, ke showroom mobil mewah, di tempat arisan Ibu-ibu pejabat, dan di tas selebritis. Pokoknya aku selalu berada di tempat yang bagus. Jarang deh aku di tempat yang kamu ceritakan itu.
Dan...... aku jarang lho ketemu
sama teman-temanmu. "
       Uang seribu terdiam sejenak. Dia menarik nafas lega, katanya : "Ya. Nasib kita memang berbeda. Kamu selalu berada di tempat yang nyaman. Tapi ada satu hal yang selalu membuat saya senang dan bangga daripada kamu!" "Apa itu?" uang seratus ribu penasaran.
"Aku sering bertemu teman-temanku di kotak-kotak amal di tempat-tempat ibadah. Hampir setiap minggu aku mampir di tempat-tempat itu. Jarang banget tuh aku melihat teman temanmu disana....."
^_^
(kisahnya menyindir nih...!)
Hoho... guruku... guru favoritku... motivatorku... semoga hidayah Allah dan pertolongan-Nya selalu bersamamu, aammiin....

Ramadhan di Kab. Gowa.
Jum`at, 5 Agustus 2011




Tidak ada komentar:

Posting Komentar