Selasa, 24 April 2012

Si Penghisap Darah.


Mengaku. Subhanallah.. dari semua kompetensi yang ada di analis kesehatan ini, AMBIL DARAH adalah hal yang paling menantang!. Ya Allah.. di situ betul-betul dilihat keberanian, kenekatan, kepercayaan (percaya dengan menyerahkan lengan pada teman untuk ditusuk pake jarum), dan semua perasaan yang berkaitan dengan peningkatan adrenalin. Apalagi bagi para pemula seperti kami-kami ini, MENGAMBIL DARAH dan DIAMBIL DARAHNYA merupakan hal yang sangat mendebarkan.
Beberapa waktu yang lalu, aku mengambil darah vena temanku. Ku cari letak pembuluh vena di lengannya; di-palpasi (lengannya dipukul-pukul pelan untuk memastikan letak pembuluh vena). Trus lengannya ku pasangi pembendung, oke. Abis itu di-desinfeksi (mematikan bakteri-bakteri yang kemungkinan melekat di kulit) pake kapas alkohol 70%. Sampe situ masih oke, 100% masih mantap. Nah.. selanjutnya itu loh yang paling bikin dag-dig-dug hati. Setelah mengumpulkan keberanian dan berusaha sebisa mungkin untuk tenang (sok profesional..! hehehe.. ), akhirnya jarum spoid itu ku tusukkan ke sasaran vena di lengan temanku. Tapi gak tau kenapa aku koq nggak dapat darah yaa.. Ow ow... sasarannya meleset nih!. Paayah!. Belum berhasil!. Yaah.. lepas pembendung vena, trus ambil kapas taruh di bekas tusukan, cabut spoid, abis itu coba di lengan yang satunya lagi (kasian niyh teman yang jadi korban percobaan. Untung orangnya sabar.. coba kalau nggak, pasti aku sudah diomelin  dari tadi, untung si dia-nya masih mau ditusuk jarum lagi). Betul-betul melatih mental niyh!. Masih dengan prosedur yang sama: palpasi (lengannya dipukul-pukul pelan untuk memastikan letak pembuluh vena), bendung, desinfeksi. Kali ini aku betul-betul memperhatikan bayangan biru bernama pembuluh vena itu. Jarum spoid akhirnya menembus kulit temanku. Setelah melihat setitik kecil cairan berwarna merah, aku menarik pengisap spoid, dan pada akhirnya cairan bernama darah itu pun memenuhi spoid 3 mL yang dari tadi lumayan bikin deg-deg-an. Alhamdulillah berhasil dan pasiennya tidak kenapa-napa...
Hari berikutnya gantian. Teman tadi mengambil darahku. Dengan sepenuh hati, ku serahkan lenganku padanya sambil berkata, “ambilmi  darahku he...”. Aku melihat jarum suntik itu menembus kulitku. Biasanya sih tutup mata, tapi karna sudah terlalu sering jadi sudah berani, tepatnya memberanikan diri. Hingga akhirnya setitik kecil darah muncul lalu pelan-pelan memenuhi spoid. Waah.. hebat nih. Sekali coba langsung dapat!. Masya Allah... beruntung pasiennya towwa..
Haddouuh.. kapan yah aku bisa mantap ambil darah.. Sudah tidak sabar buat magang nih!. Kalau magang (praktik klinik) nanti insya Allah akan mahir. Kan praktiknya di rumah sakit. Selain ada pegawai-pegawai yang lebih senior yang akan membantu mengarahkan nanti, juga banyak pasien (jadi banyak latihan).. kan “alah bisa karna biasa”.. jadi memang harus dibiasakan supaya mahir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar