Mengaku. Subhanallah.. dari semua kompetensi
yang ada di analis kesehatan ini, AMBIL DARAH adalah hal yang paling
menantang!. Ya Allah.. di situ betul-betul dilihat keberanian, kenekatan,
kepercayaan (percaya dengan menyerahkan lengan pada teman untuk ditusuk pake
jarum), dan semua perasaan yang berkaitan dengan peningkatan adrenalin. Apalagi
bagi para pemula seperti kami-kami ini, MENGAMBIL DARAH dan DIAMBIL DARAHNYA
merupakan hal yang sangat mendebarkan.
Beberapa waktu yang lalu, aku mengambil darah
vena temanku. Ku cari letak pembuluh vena di lengannya; di-palpasi (lengannya
dipukul-pukul pelan untuk memastikan letak pembuluh vena). Trus lengannya ku
pasangi pembendung, oke. Abis itu di-desinfeksi (mematikan bakteri-bakteri
yang kemungkinan melekat di kulit) pake kapas alkohol 70%. Sampe situ masih
oke, 100% masih mantap. Nah.. selanjutnya itu loh yang paling bikin dag-dig-dug
hati. Setelah mengumpulkan keberanian dan berusaha sebisa mungkin untuk tenang
(sok profesional..! hehehe.. ), akhirnya jarum spoid itu ku tusukkan ke sasaran
vena di lengan temanku. Tapi gak tau kenapa aku koq nggak dapat darah
yaa.. Ow ow... sasarannya meleset nih!. Paayah!. Belum berhasil!. Yaah.. lepas
pembendung vena, trus ambil kapas taruh di bekas tusukan, cabut spoid, abis itu
coba di lengan yang satunya lagi (kasian niyh teman yang jadi korban percobaan.
Untung orangnya sabar.. coba kalau nggak, pasti aku sudah diomelin
dari tadi, untung si dia-nya masih mau
ditusuk jarum lagi). Betul-betul melatih mental niyh!. Masih dengan prosedur
yang sama: palpasi (lengannya dipukul-pukul pelan untuk memastikan letak
pembuluh vena), bendung, desinfeksi. Kali ini aku betul-betul memperhatikan
bayangan biru bernama pembuluh vena itu. Jarum spoid akhirnya menembus kulit
temanku. Setelah melihat setitik kecil cairan berwarna merah, aku menarik
pengisap spoid, dan pada akhirnya cairan bernama darah itu pun memenuhi spoid 3
mL yang dari tadi lumayan bikin deg-deg-an. Alhamdulillah berhasil dan
pasiennya tidak kenapa-napa...
Hari berikutnya gantian. Teman tadi mengambil darahku.
Dengan sepenuh hati, ku serahkan lenganku padanya sambil berkata, “ambilmi darahku he...”. Aku melihat jarum suntik itu
menembus kulitku. Biasanya sih tutup mata, tapi karna sudah terlalu sering jadi
sudah berani, tepatnya memberanikan diri. Hingga akhirnya setitik kecil darah
muncul lalu pelan-pelan memenuhi spoid. Waah.. hebat nih. Sekali coba langsung
dapat!. Masya Allah... beruntung pasiennya towwa..
Haddouuh.. kapan yah aku bisa mantap ambil darah..
Sudah tidak sabar buat magang nih!. Kalau magang (praktik klinik) nanti insya
Allah akan mahir. Kan praktiknya di rumah sakit. Selain ada pegawai-pegawai
yang lebih senior yang akan membantu mengarahkan nanti, juga banyak pasien (jadi
banyak latihan).. kan “alah bisa karna biasa”.. jadi memang harus dibiasakan
supaya mahir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar